Monday, February 11, 2008

IMLEK...the history

Perayaan Tahun Baru Imlek (Sienci) atau Tahun Baru Khonghucu 1 Cia Gwee 2559 menurut penanggalan masehi jatuh pada tanggal 7 Februari 2008. Bagi umat Khonghucu, Tahun Baru Imlek dirayakan dengan melaksanakan sembahyang sujud syukur ke hadirat Thian, Tuhan YME yang telah melimpahkan curahan berkat dan rahmat-Nya sepanjang tahun yang telah berlalu hingga dapat memasuki tahun yang baru. Perayaan ini mengandung makna agama yang mendalam karena diikuti berbagai upacara keagamaan/ritual yang dilaksanakan sebelum dan sesudah Tahun Baru Imlek.


Bagi orang Khonghucu Indonesia melakukan sembahyang sujud syukur pada Tahun Baru Imlek merupakan kewajiban pelaksanaan ibadah sesuai keyakinan agamanya. Umat Khonghucu tidak menyatakan perayaan Tahun Baru Imlek sebagai Tahun Baru Cina. Agama Khonghucu ada di dunia sudah ribuan tahun sebelum negara Cina diproklamirkan. Oleh karena itu harus dibedakan dengan orang yang kebetulan etnis Cina lalu ikut merayakannya, maka sesuatu hal yang keliru dan salah kaprah kalau persujudan dan puji syukur kepada Tuhan pada hari itu dikaitkan dengan budaya, adat dan tradisi Cina.


Janganlah menanggapi agama Khonghucu dengan menanggapi secara tradisi Cina. Dalam perkembangan suatu ajaran agama di mana agama itu lahir di suatu tempat, yang sebelumnya telah memiliki suatu tradisi dan budaya yang spesifik, maka ajaran agama ini turut mempengaruhi tradisi dan budaya setempat dan bukan sebaliknya. Namun disadari, dalam perkembangannya kemudian, agama apapun akan turut terbawa tradisi awal di mana tempat agama itu terlahir. Adalah suatu kebetulan agama Khonghucu lahir di Tiongkok, tetapi agama Khonghucu tidak membicarakan tentang tradisi Cina namun membicarakan tentang Tuhan, Firman, Iman, Kebijakan, dan sebagainya. Dalam sifatnya yang universal dan global, agama Khonghucu di Indonesia, baik dalam Kitab Sucinya, kebaktiannya, ritualnya menggunakan bahasa Indonesia tapi mengangkut hal-hal yang prinsip tentang keimanan tetap memakai bahasa Kitabnya.


Di RRC sendiri, Tahun Baru Imlek dirayakan sebagai perayaan musim semi, demikian juga berlainan dengan masyarakat Cina lain yang merayakannya sebagai menyambut tahun "Tikus".
Kehadiran tulisan ini mencoba menjelaskan sepintas kilas tentang makna agama yang terkandung di dalam perayaan Tahun Baru Khongcu/Imlek, dengan maksud agar dapat menambah pengertian bagi umat Khonghucu dan segenap simpatisannya, juga umat beragama lain agar lebih dapat diketahui khalayak masyarakat guna menghindari salah persepsi.



Penanggalan Imlek


Perhitungan penanggalan Imlek semula didasarkan atas peredaran bulan mengelilingi bumi (lunar calender), dan telah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi. Uniknya perhitungan penanggalan ini juga didasarkan atas peredaran bumi mengelilingi matahari (solar calender), seperti penanggalan masehi. Maka terjadi penyesuaian yaitu melalui mekanisme yang dikenal sebagai 'Lun Gwee' (bulan ulang) atau penyisipan 2 (dua) bulan tambahan setiap 5 (lima) tahun. Dengan adanya penyesuaian ini maka lebih tepat disebut penanggalan Imyanglek (sistem lunisolar).


Dalam sejarah tercatat, penanggalan Imlek dimulai sejak tahun 2637 SM, sewaktu Kaisar Oet Tee / Huang Ti (2698-2598 SM) mengeluarkan siklus pertama pada tahun ke-61 masa pemerintahannya. Penanggalan Imlek sebutan asalnya adalah He Lek, yakni Penanggalan Dinasti Ke / Hsia (2205-1766 SM), di mana pertama kali mengenalkan penanggalan berdasarkan solar, dan penetapan tahun barunya bertepatan dengan tibanya musim semi. Dinasti Sing/Ien (1766-1122 SM) menetapkan tahun barunya mengikuti Dinasti He, yakni akhir musin dingin. Nabi Khongcu yang hidup pada zaman Dinasti Cou / Chin (1122-255 SM) merasakan bahwa sistem penanggalan yang dipakai Dinasti Ciu kurang mempunyai nilai praktis, yaitu karena tahun baru jtuh jatuh pada hari Tangcik (Tung Ze).Saat itu hari tengah musim dingin maka pendapat Nbi Khongcu, penanggalan Dinasti He yang paling tepat, hal itu dapat diketahui dari Sabda Nabi Khongcu : "Pakailah penanggalan Dinasti He ..." Kitab Sabda Suci (Lun Gi / Lun Yu) jilid XV : 11.


Adapun yang menjadi dasar pertimbangan Nabi Khongcu adalah kesejahateraan umat manusia. Pada kehidupan zaman dahulu, penetapan saat tahun baru memegang peranan yang amat penting, karena penetapan tersebut menjadi pedoman bagi semua orang untuk mempersiapkan segala pekerjaan untuk tahun yang berjalan, terutama para petani yang akan mulai bercocok tanam pada saat akhir musim dingin dan memasuki musim semi. Penanggalan ini sangat cocok bagi petani karena penanggalan tersebut perhitungan musim, peredaran matahari, serta uraian penjelasan mengenai iklim, maka penanggalan tersebut jadi populer dan disebut juga Long Lek (penanggalan petani).


Kaisar Han Bu Tee (140-86 SM) dari Dinasti Han (206 SM-220) menetapkan agama Khonghucu sebagai agama negara, dan penanggalan yang dianjurkan oleh Nabi Khongcu, yaitu He Lek resmi dipakai semua orang, baik masyarakat maupun pemerintahan dan tahun pertamanya dihitung dari tahun kelahiran Nabi Khongcu, yaitu tahun 551 SM, dengan demikian penanggalan Imlek dan penanggalan masehi berselisih 551 tahun. Oleh karenanya jika tahun masehi saat ini 1999, maka tahun Imleknya menjadi 1999 + 551 = 2550. Karena dihitung sejak Nabi Khongcu lahir maka tahun Imlek lazim disebut sebagai Khongculek.


Sistem penanggalan Imlek ini digunakan juga dalam kehidupan keagamaan di antara umatnya di Jepang, Korea, Vietnm, Taiwan, Burma, dan negara lainnya meskipun dengan nama yang diucapkan berbeda-beda tetapi merayakan hari tahun barunya sama. Bahkan di lingkungan agama Budha Sekte Mahayana yang berkembang di kawasan Asia Timur juga menggunakan penanggalan Imlek guna menentukan hari-hari suci keagamaannya.


Tahun Baru Khongcu (Imlek) selalu jatuh pada bulan baru (Chee It / Chu Yi) setelah memasuki Tai Han (T Kan) 21 Januari (Great Cold - saat terdingin), sampai dengan tibanya Hi Swi (Yi Suei) 19 Feebruari (spring showers - hujan musim semi). Tapi masih dapat ditolerir paling awal 3 hari sebelumnya seperti tahun 1969 jatuh pada hari Sabtu, 18 Januari 1969.


Makna Religius


Pergantian tahun yang baru merupakan suatu penyesuaian terhadap gejala alam semesta, yang dilambangkan berkah-Nya melimpah bagi semua mahluk hidup. Di dalam kehidupan manusia, tahun baru merupakan suatu masa tentang keharmonisan dalam tata kehidupan, semua umat bergembira menyambut kehadiran tahun yang baru ini dengan penuh harap. Sesungguhnya apa bedanya tahun kemarin dengan tahun baru, malam kemarin dengan malam tahun baru? Mengapakah pergantian tahun disertai dengan makna yang sarat, sehingga sanggup menghimpun manusia untuk merayakannya?


Pergantian tahun merupakan suatu momentum untuk menyadari secara mendalam, bahwa kita terikat oleh waktu. Bersamaan dengan itu gejala perubahan alam dalam masa pergantian tahun, manusia diingatkan bahwa ia hidup dalam ruang dan waktu tertentu. Keterikatan perjalanan hidup terhadap ruang dan waktu menyadarkan kita sebagai makhluk yang kecil dan lemah di hadapan Tuhan, kekuasaan yang mengatur alam semesta ini. Sekurang-kurangnya manusia mengucapkan syukur, berterima kasih karena masih diberi kesempatan menjalani kehidupan dalam ruang dan waktu ini. Karunia Tuhan, Tuhan YME berlimpah dicurahkan kepada umat manusia. Oleh karena itu sudah sewajarnya manusia sadar untuk berusaha menengadah mengucapkan puji syukur. Pada saat ini kita berusaha memperbaiki diri dan mengakhiri semua permusuhan, kebencian, dan kejahatan.


"Sungguh Maha Besarlah Kebijakan Kwi Sien (Tuhan dalam sifat-Nya Yang Maha Roh). Dilihat tiada tampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia. Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap sujud bersembahyang kepada-Nya. Sungguh Maha Besarlah Dia, sehingga terasakan di atas dan di kanan kiri kita. Adapun kenyataan Tuhan Yang Maha Rokh itu tidak boleh diperkirakan, lebih-lebih tidak dapat ditetapkan. Maka sungguh jelas sifat-Nya yang halus itu, sehingga tidak dapat disembunyikan dari iman kita, demikianlah Dia." Kitab Tengah Sempurna (Tiong Yong / Chung Yung) Bab XV.


Pada hari pertama tahun baru Imlek semua umat Khonghucu bertingkah laku dengan cara yang berlainan dari biasanya. Rumah dibersihkan, orang menghias diri dengan pakaian yang baru, menyediakan makanan yang enak. Kesemuanya itu, seluruh kehidupan jasmani rohaninya diliputi rasa gembira dan bahagia, yang dibarengi dengan rasa dan suasana cinta kasih kepada sesama manusia, rasa syukur kepada Tuhan YME.


Pada Tahun Baru Khongcu/Imlek ini, umat Khonghucu melaksanakan sembahyang sujud ke hadirat Tuhan sesuai dengan apa yang diperintahkan agama, sebagaimana yang disabdakan Nabi Khongcu : "Pada permulaan tahun (Liep Chun), jadikanlah sebagai hari agung untuk bersembahyang besar ke hadirat Tuhan." Kitab Lee Ki / Li Chi bagian Gwat Ling.


Rangkaian Kegiatan Keagamaan


Perayaan Tahun Baru Imlek sudah mulai dipersiapkan ritual keagamaannya sejak 7 hari menjelang tahun baru dengan melaksanakan sembahyang menghantar Malaikat Dapur (Co Kun Kong), dan bagi umat Khonghucu yang penghidupannya sudah mapan saat ini berkesempatan untuk memberi santunan kepada mereka yang berkekurangan. Maka hari itu disebut juga sebagai Hari Persaudaraan (Ji Si Siang Ang).


Selanjutnya sehari sebelum tahun baru, sembahyang penutup tahun sekaligus menyambut tibanya tahun baru yang dilakukan persujudan rasa syukur ke hadirat Tuhan yang berkenan melindungi dan memberkahi sepanjang tahun yang akan ditinggalkan dan memohon agar tahun yang akan dimasuki dapat menghantar kepada kondisi kehidupan yang lebih baik daripadaa tahun lalu. Dalam sembahyang ini disampaikan pula hormat kepada orang tua yang sudah meninggal dunia juga kepada leluhur sebagai perwujudan bakti dan rasa terima kasih atas asuhannya. Hari itu juga biasanya para keluarga memperindah rumah, membuat kue, dan melaksanakan perayaan ini secara sederhana, tulus dan penuh hikmah tanpa kesan berlebihan.
Pada saat memasuki detik-detik tahun baru, sembahyang dilaksanakan lagi dengan penuh hikmat, khusuk dan gembira kemudian saling memberi hormat dan mendoakan semoga panjang umut, murah rejeki dan sehat sejahtera sambil memohon ampunan kepada orang tua dengan melakukan sungkem/hormat (Kui Ping Sien). Sedangkan kepada saudara saling memaafkan lalu saling mengunjungi sanak keluarga dan sehabat untuk menyampaikan hormat dan saling mendoakan diiringi maaf memaafkan.



Hari keempat di tahun yang baru dilakukan sembahyang untuk menyambut turunnya Malaikat Dapur (Co Kun Kong). Dapur merupakan salah satu bagian penting dari sebuah rumah tangga, karena di tempat ini semua kegiatan mengolah makanan untuk santapan keluarga dilakukan. Oleh karenanya dapur perlu dipelihara dengan baik, selain perlu selalu dijaga kebersihannya.
Kemudian hari kedelapan menjelang hari kesembilan (dilaksanakan pada Si/jam pertama), sembahyang beesar kepada Tuhan (King Thi Kong). Sesuai dengan amanat suci dalam Kitab Lee Ki (kitab kesusilaan), dilaksanakan dengan mempersiapkan diri secara khusus berpantang makanan (berpuasa/vegetaris) sejak hari ketiga sampai berakhirnya sembahyang King Thi Kong. Sembahyang ini merupakan sembahyang besar dengan peyerahan diri secara total kepada Tuhan yang bermakna betapa manusia demikian kecilnya di hadapan-Nya.



Pada hari ketigabelas, dilaksanakan upacara suci memperingati kemuliaan Kwan Kong (Dewa yang melambangkan sikap Ksatria, Setia, Berani, Bijaksana, dan taat pada agama).
Pada hari kelimabelas dilaksanakan upacara Purnama Raya (Cap Go Meh/Goan Siau) hari yang penuh makna, dan sarat dengan upacara keagamaan dalam istilah masyarakat Manado adalah "pesiar Toapekong".




(dari berbagai sumber & wawancara)

No comments: