Saturday, August 15, 2009

Up, G.I Joe, Merah Putih...refleksi kemerdekaan...

Summer movie sudah lewat bersamaan dengan tayangnya Up & G.I Joe di bioskop-bioskop dalam negeri. Secara umum, Startrek, Transformers, Harry Potter & Up merajai peredaran dunia dengan pemasukan yang luar biasa.

Cerita yang menyentuh dipadu dengan karakter serta petualangan yang seru khas Disney - Pixar membuat kita larut dalam film Up tersebut. Sedangkan G.I Joe kita dipertontonkan dengan kehebatan satu unit pasukan khusus yang menangani tugas-tugas sulit serta membahayakan penduduk dunia (kali ini sepertinya bukan dari Amerika ya? walaupun urusannya menyangkut negara-negara adidaya). Pasukan ini dibekali latihan-latihan khusus dan peralatan super canggih guna memperlancar sepak terjang mereka mengalahkan kejahatan. Sangat super hero sekali.

Kontras dengan menonton film Merah Putih...Film arahan sutradara Yadi Sugandi itu tidak mengandalkan peralatan super canggih seperti yang di pamerkan dalam G.I Joe, melainkan bedil, pistol & peralatan biasa yang memang ceritanya bersettingkan awal-awal kemerdekaan NKRI ini. Sedikit gambaran, cerita bersetting pada masa agresi Belanda di tahun 1947 yang dipimpin oleh Van Mook yang menyerang jantung kaum republik di Jawa Tengah. Cerita diawali dengan gambaran awal terbunuhnya 1 keluarga disalah satu desa di Sulawesi Utara, terekam oleh pemuda Kristen yang bernama Tomas (diperankan oleh Donny Alamsyah) yang akhirnya ikut menjadi tentara rakyat di tanah Jawa.

Tokoh lain lagi, 2 orang sahabat Marius (diperankan Darius) dan Soebidyo atau Soenaryo (atau siapalah namanya itu) yang akhirnya harus ada pembuktian dari persahabatan mereka itu (Darius cukup apik menjadi pemuda kaya yang reseh & suka cari gara2, sering bentrok dengan Tomas - aku yakin akhirnya mereka bersahabat - sudah mulai tergambar diakhir film). Mereka dari kalangan ningrat dan orang kaya dari tanah Jawa yang mau ikut membela tanah air. Ada juga Dayan dari Bali, Hindu yang taat, pendiam tapi juga jadi sumber kelucuan dalam film ini (simak saja kata2nya pada saat Amir dan istrinya yang terjebak dan hendak di tembak oleh prajurit Belanda tetapi di tusuk dari belakang oleh Dayan, serta dengan ekspresi sok tenang a la Arnold Suasana Segar dia bilang "merindukanku?" dan teks Inggrisnya: "do you miss me?". Spontan aku ngakak abis! Oh iya, Amir itu seorang guru, Islam yang taat (yang akhirnya jadi letnan).

Kelompok pejuang kemerdekaan ini harus bersatu untuk bertahan dari pembunuhan, berjuang sebagai pejuang gerilya, untuk menjadi anak2 bangsa sesungguhnya. Terlepas dari konflik pribadi yang tajam dan perbedaan yang besar dalam kelas sosial, suku, daerah asal, agama dan kepribadian.

Bagian pertama dari Trilogi kemerdekaan ini, mau mengajak kita, masyarakat Indonesia untuk melihat lebih jauh tentang Bangsa Indonesia yang sudah memasuki usia 64 tahun. Film berbudget Rp. 60milliar ini merupakan kerjasama sineas Indonesia dengan sineas Hollywood. Bahkan Merah Putih ini bisa sejajar dengan film-film perang Hollywood - mungkin versi sederhananya (tapi para pemainnya juga dikursuskan a la militer lho supaya bisa menghayati dan menjalankan profesi tentara pada masa itu). Oh iya, nonton di PIM 21 tadi kita dapat kain merah putih yang bisa diiket dikepala, dilengan atau sebagai dasi. Serunya, hampir semua penonton akhirnya memakai kain itu..bahkan waktu jalan2 di mall.

Anyway, film ini mau kita sama2 belajar agar mempertahankan kemerdekaan yang kita nikmati ini dengan hal2 yang berarti, jangan buang kesempatan untuk berkarya, mari kita jalani kemerdekaan ini dengan menjalankan kemerdekaan yang bertanggungjawab, siapapun kita, apapun profesi kita. Dirgahayu Negeriku, Indonesia!

MERDEKA!

No comments: