Tuesday, December 08, 2009

Perenungan Menyongsong Natal - Makna Sebuah Nama: YESUS

I. YESUS

1. YESUS adalah nama yang diambil dari kata kerja Bahasa Ibrani, yang berarti : ALLAH YANG MENYELAMATKAN.. Nama itu diberitahukan oleh Jibrail kepada Maria, tunangan Yusuf. Dalam kata ganti nama itu, kita menemukan tujuan missioner yang direncanakan Allah (Luk. 1 : 31) dan sekaligus identitas dari orang Nazareth yang disalibkan itu. TUHAN Allah sendirilah yang bekerja untuk menyelamatkan ciptaan-Nya, di dalam dan melalui Yesus, Anak-Nya, yang menjadi manusia (Mat. 1 : 21; bd. 2 : 7). Sejak saat Dia lahir, Allah memulai periode baru dalam sejarah penyelamatan di tengah bangsa-bangsa dan manusia.

2. Dalam sejarah penyelamatan, Allah tidak saja membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir (Ul. 5 : 6), akan tetapi Dia juga membebaskan umat-nya itu dari dosa. Sebab kuasa dosa itulah yang dimusuhi Allah. Dan, hanya Dialah yang dapat mengampuni dosa siapapun ( Maz. 51 : 4, 12 ). Di sinilah makna universal dari pekerjaan-Nya sebagai PENEBUS ( Maz. 79 : 9 )

3. Nama YESUS juga menunjukkan, bahwa Allah telah menyatakan Diri-Nya ke dalam Pribadi Anak Tunggal-Nya, yang menjadi manusia. Di dalam dan melalui pekerjaan-Nya, Allah menciptakan manusia baru, melalui penebusan atas utang dosa yang dibuat manusia. Nama itu memaknai anugerah penebusan atas dosa secara definitif dan universal. Itulah “nama-Allah”, yang menyelamatkan barangsiapa yang percaya (Kis. 4:12; bd. 9:14; Jak 2:7; bd. Joh 3:18; Kis. 2:21; 5:41; 3 Joh. 7; Rom. 10:6-13.).

4. Nama itu juga berarti ALLAH JURUSELAMAT. Dia bukan saja IMAM BESAR yang setahun sekali membawa korban pendamaian untuk memohonkan pengampunan dosa umat-Nya. Tetapi sekaligus telah memberi Diri menjadi KORBAN PENDAMAIAN, yang dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Oleh korban dan darah-Nya tiap orang yang percaya diperdamaikan dengan dan dikuduskan oleh Allah ( Rom 3:25; 2 Kor 5:19 ).

5. Kebangkitan- Nya adalah kemuliaan bagi Allah. Di dalam peristiwa tersebut nama Allah dipuji, disembah dan dimuliakan umat manusia (Pil. 2 : 2 – 9; Joh. 12 : 28). Iblis dan setan gentar mendengar nama-Nya (bd. Kis. 16:16-18; 19:13-16), dalam nama-Nya rasul-rasul mengadakan mujizat (Mrk 16 : 17), serta Allah mengabulkan doa permohonan yang dinaikkan atas nama YESUS (Yoh. 15 : 7, 16)

6. Nama YESUS adalah pusat doa dan pujian orang kristen. Semua rumusan liturgy Gereja ( termasuk GPIB ), khususnya dalam formulasi akhir dari sebuah doa, wajib menyebutkan : “Demi nama Yesus Kristus, Tuhan kamiTanpa sebutan itu, seluruh rumusan doa adalah tidak benar dan tidak sah.

II. CHRIST

1. Kata KRISTUS berasal dari bahasa Yunani, yang menterjemahkan kata Ibrani : MESSIAH, artinya : “yang ditunjuk, yang diurapi”. Kata ini dipakai untuk menunjuk pada keilahian Yesus, karena di dalamnya terkandung pemahaman tentang kesempurnaan pekerjaan dari Misi Allah yang dilakukan-Nya. Sebagai contoh, kita dapat temukan dalam kata ISRA-EL. Di dalamnya terdapat kata EL = Elohim = Allah. Allah mengkaitkan nama-Nya ke dalam nama leluhur Yahudi itu, YAKUB (Kej. 32 : 22 – 32), untuk menyebutkan keturunan yang lahir dari padanya (bd. Kel. 29:7; Im. 8:12; I Sam 9:16; 10:1; 16:1, 12-13; I Raj 1:39; 19:16.). Itulah makna kata MESSIAH yang dikaitkan dengan penunjukkan raja (Maz. 2 : 7 ) sebagai anak Allah, dan juga pada Yesus ( Kis. 4 : 26 – 27 ). MESSIAH juga adalah sebutan yang dikenakan kepada seseorang yang ditunjuk Allah, melalui perantaraan Rohkudus, untuk menjalankan misi-Nya, seperti yang nampak pada Pribadi Yesus selaku RAJA, IMAM dan NABI (bd. Yes. 11:2; 61:1; Zakh. 4:14; 6:13; Luk 4:16-21.). Yesus, orang Nazareth , telah memenuhi dan menggenapi semua yang dinubuatkan dalam Kitab-Kitab Perjanjian Lama.

2. Kepada para gembala di Padang Efrata ( bukan nama Jemaat GPIB di Padan Sumatera Barat ), malaikat memberitahukan kelahiran Yesus selaku Messiah yang dijanjikan kepada umat Israel ( Luk. 2 : 11 ). Sejak semula “Dia telah dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia” (Yoh. 10 : 36; bd. Luk. 1 : 35), dikandung oleh Maria, tunangan Yusuf (Mat. 1 ; 20; bd. 1:16; Rom 1:1; 2 Tim 2:8; Why 22:16), dan ia disebut Kristus, dari keturunan Abraham, Ishak, yakub dan Daud.

3. Banyak orang Israel dan non-Israeli meletakkan pengharapan kepada-Nya. Dalam kekristenan pengharapan yang dikaitkan pada Yesus-Kristus, disebut : PENGHARAPAN MESIANIK. Sesuai janji Allah (bd Mat 2:2; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30; 21:9.15.). Pengharapan Mesianik itu amat berhubungan dengan nubuat perjanjian lama tentang datangnya HARI TUHAN yang diawali oleh kelahiran Sang Mesiah. YESUS menerima gelar kemesiahan-Nya, sekalipun menurut pemahaman akan gagasan Israel tentang tokoh Mesiah secara sosio-politis (Mat. 16:16-23). Namun, sesungguhnya, tanpa penggelaran itu pun Yesus adalah Mesiah sesuai iman kristen.

4. Hal itu tampak dalam formulasi Matius terkait PENGAKUAN PETRUS (Mat. 16 : 16) melalui penderitaan- Nya selaku Anak-Manusia ( Aram : bar-naza, Ibr. ben-adam, Yun. huios-anthropos --> Mat. 16:16-23). Dia menyatakan makna kemesiahan itu dalam Diri-Nya sebagai Anak-Manusia “yang datang dari sorga”, melaksanakan misi pembebasan / penebusan, selaku Hamba TUHAN yang menderita (Yes. 42:1) juga selaku Raja Ilahi yang berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya. Dengan demikian Dia memenuhi ucapan-nya sendiri : “Anak-Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya sebagai jaminan bagi banyak orang” (Joh. 3:13; Mat 20:28; bd. Joh. 6:62; Dan. 7:13; Yes. 53:10-12) . Dan kemesiahan itu ( kuasa selaku Raja ) dinyatakan-Nya, ketika Dia disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (bd. Joh. 19:19-22; Luk 23:39-43.). Sesudah kebangkitan- Nya itu, Rasul Petrus menyatakan kekuasaan-Nya selaku Mesiah atas kehidupan persekutuan orang kristen (Kis. 2 : 36).

III.. ANAK ALLAH

1. Gelar ANAK ALLAH dalam Perjanjian Lama dikenakan pada malaikat-malaikat, orang pilihan Allah dan umat Israel serta raja-raja (Cf. Dt 14:1; (LXX) 32:8; Job 1:6; Ex 4:22; Hos 2:1; 11:1; Jer 3:19; 2 Sam 7:14; ps 82:6.). Makna ke-anak-an itu perlu dimengerti dalam gagasan keagamaan Israel . Ke-anak-an menunjuk pada pengangkatan / penunjukkan seseorang atau sebuah bangsa untuk masuk ke dalam keintiman hubungan dengan Allah.

Oleh karena itu, ke-messiah-an, atau sebutan selaku anak-Allah, tidaklah menjelaskan bahwa status seseorang yang disebut “anak-Allah” itu lebih dari pada manusia. Sebab hal ini perlu disimak secara hurufiah menurut naskah (teks) di mana istilah/terminology “anak-Allah” ditemukan (bd. I Taw 17:13; Maz. 2:7; Mat 27:54; Luk 23:47.).

2. Di sinilah kita dapat memahami tanggapan Yesus (Mat. 16 : 16 – 17)“… bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” terhadap pengakuan iman Petrus “…Messiah, Anak dari Allah Yang Hidup” (the Christ, the Son of the living God). Sejajar dengan hal tersebut Paulus menceritakan pertobatannya (Gal 1:15-16): “Waktu Ia yang telah memilih akusejak kandungan ibuku dan telah memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya (Son of God) di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi…” juga “Ketika itu juga aku memberitakan Yesus di dalam rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak-Allah(Son of God -- Kis. 9:20).

Dengan demikian sejak semula, orang Kristen bukan saja mentransformasikan nubuat Perjanjian Lama tentang kemesiahan-Nya selaku Anak-Allah, melainkan oleh karena keyakinan dan pengakuan iman kristen terpusat pada Allah yang menyatakan Diri di dalam nama Yesus-Kristus (bd. I Tes 1:10; Joh 20:31; Mat 16:18).

3. Melalui pengakuannya Petrus menyatakan karakter Yesus selaku Anak-Allah (dalam hubungan Bapa – Anak), pertama-tama, karena Allah mengilhaminya; dan juga Yesus memahami Diri-Nya demikian.

Kepada para eksekutor yang menghakimi-Nya, di depan Sanhedrin yang bertanya : “Apakah Engkau Anak-Allah ?” Yesus menyatakan pendapat-Nya : “Engkau sendirilah yang mengatakannya” (Luk 22:70; cf. Mat 26:64; Mrk 14:61-62.). Hal itu tidak boleh diartikan, bahwa Yesus tidak memiliki kesadaran tentang keilahian / kemesiahan-Nya, justru di dalam pernyataan tersebut Yesus menegaskan pendirian-Nya tentang tanggapan orang banyak terhadap status-Nya selaku Anak-Allah.

Memang beberapa pernyataan (ayat) sebelumnya menuliskan pendapat Yesus tentang Diri-Nya selaku Anak yang mengenal Bapa, berbeda dari seorang hamba yang diutus Allah dan yang mengenal-Nya (bd. Mat 11:27; 21:34-38; 24:36.). Dia lebih unggul dari pada anak-anak Allah (malaikat-malaikat di sorga).

Yesus membedakan status-Nya sebagai Anak di hadapan Allah Bapadari murid-murid- Nya. Hal itu jelas dalam penggunaan kata yang diucapkan oleh Yesus : “Bapa kami” (Lihat saja Doa Bapa Kami). Pembedaan itu jelas tampak ketika Dia menekankan makna kata “Bapa-Ku” dan “Bapamu” (Mat 5:48; 6:8-9; 7:21; Luk 11:13; Joh 20:17.).

4. Injil – Injil melaporkan dua peristiwa besar yang dialami Yesus, yakni : (i). BAPTISAN dan (ii) TRANSFIGURASI, di mana terdengar pernyataan Allah tentang Diri-Nya “Anak yang terkasih” (bd. Mat 3:17; cf. 17:5.).

Yesus pun menyebut Diri-Nya Anak-Allah atau Anak-Tunggal- Allah (Joh 3:16; cf. 10:36), dan meneguhkan status-Nya sebelum dilahirkan ke dunia. Dia menyuruh Nikodemus dan semua orang untuk percaya kepada-Nya selaku Anak-Tunggal- Allah (Joh 3:18.). Dan pernyataan itu dikukuhkan juga oleh tentara Roma yang berjaga di kaki salib “Sungguh, orang ini adalah Anak-Allah” (Mrk 15:39.) sebagaimana yang didengungkan dalam Pengakuan Iman Oikumenis dan Pemahaman Iman GPIB. Dan di dalam misteri paskah, kita dapat mengerti makna pengakuan dan pemahaman iman kristen tentang Yesus selaku Anak-Allah dan atau Anak-Tunggal- Allah.

5. Sesudah Kebangkitan- Nya, keilahian (kemesiahan) Yesus selaku Anak-Allah dinyatakan dengan segala kemuliaan di hadapan manusia. Dia, Yesus, “Anak-Nya (kata Nya menunjuk pada Allah) yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan- Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak-Allah yang berkuasa, Yesus Kristus, Tuhan kita” (Rom 1:3-4; cf.. Acts 13:33). Rasul rasul mengakui : “Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan Anak-Tunggal Bapa, penuh dengan kasih-karunia dan kebenaran” (Joh 1:18.).

IV. LORD

1. TUHAN adalah Bahasa Indonesia, yang ditransformasikan dari Bahasa Ibrani YHWH. Dengan Nama itu Allah menyatakan Diri-Nya kepada Musa (bd. Ex 3:13-14..) yang menunjuk pada istilah Yunani KURIOS, (Ing. "Lord"). Sejak saat itu TUHAN menjadi nama yang sangat disukai dan digunakan orang Israel untuk menyebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Perjanjian Baru mengenakan istilah itu pada kedua Pribadi sekaligus : TUHAN, yang adalah Bapa, dan Yesus-Kristus (bd. I Kor 2:8.).

2. Yesus menggambarkan gelar itu pada Diri-Nya sendiri, ketika Dia menangkis pendapat orang Parisi tentang Mazmur 110. Tetapi juga Ia memakainya ketika Ia berbicara kepada murid-murid- Nya (bd. Mat 22:41-46; bd. Kis 2:34-36; Ibr 1:13; Joh 13:13). Dalam kehidupan publik-Nya, Dia mendemonstrasikan kuat-kuasa-Nya yang melebihi kekuasan alam, iblis, penyakit, kematian dan dosa.

3. Dalam cerita Injil-Injil Sinoptis, orang banyak menggelari Yesus selaku Tuhan. Penggelaran itu memperlihatkan, mereka percaya dan menghormati- Nya, sebab Dia melakukan berbagai tanda ajaib (bd. Mat 8:2; 14:30; 15:22; dll). Sedangkan Lukas memakai istilah TUHAN untuk menunjuk pada misteri kehidupan Yesus (bd. Luk 1:43; 2:11). Dalam cerita-cerita tentang Yesus yang bangkit, gelar tersebut menjadi pujian kemuliaan : “Tuhanku dan Allahku” Hal itu mengungkapkan kesetiaan dan kasih Jemaat kepada Yesus selaku Tuhannya (Joh 20:28,21:7.)

4. Penggelaran Yesus selaku Tuhan, yang dilakukan oleh Gereja, pertama-tama menunjukkan bahwa sejak semula Gereja mengakui, kekuasaan, kemuliaan dan pemerintahan Allah, sama seperti yang terdapat juga di dalam Yesus-Kristus. Sebab Dia adalah “wujud Allah” dalam rupa manusia (bd. Kis 2:34 - 36; Rom 9:5; Titus 2:13; Why 5:13; Flp 2:6.), dan Allah menyatakan kedaulatan Yesus melalui kebangkitan dari antara orang mati dan pengangkatan- Nya ke sorga (bd. Rom 10:9; I Kor 12:3; Flp. 2:9-11.).

5. Setiap doa orang kristen selalu menyatakan gelar Yesus selaku Tuhan, baik dalam doa maupun puji-pujian. Hal itu menegaskan, bahwa orang kristen percaya, bahwa Allah telah menyatakan Diri di dalam rupa manusia, dan bernama Yesus.

(sumber: Pdt Piet Uktolseya di Pematangsiantar, Pdt. Berto Wagey di Sibolga)

No comments: