Tuesday, December 08, 2009

Perenungan Menyongsong Natal - Makna Sebuah Nama: YESUS

I. YESUS

1. YESUS adalah nama yang diambil dari kata kerja Bahasa Ibrani, yang berarti : ALLAH YANG MENYELAMATKAN.. Nama itu diberitahukan oleh Jibrail kepada Maria, tunangan Yusuf. Dalam kata ganti nama itu, kita menemukan tujuan missioner yang direncanakan Allah (Luk. 1 : 31) dan sekaligus identitas dari orang Nazareth yang disalibkan itu. TUHAN Allah sendirilah yang bekerja untuk menyelamatkan ciptaan-Nya, di dalam dan melalui Yesus, Anak-Nya, yang menjadi manusia (Mat. 1 : 21; bd. 2 : 7). Sejak saat Dia lahir, Allah memulai periode baru dalam sejarah penyelamatan di tengah bangsa-bangsa dan manusia.

2. Dalam sejarah penyelamatan, Allah tidak saja membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir (Ul. 5 : 6), akan tetapi Dia juga membebaskan umat-nya itu dari dosa. Sebab kuasa dosa itulah yang dimusuhi Allah. Dan, hanya Dialah yang dapat mengampuni dosa siapapun ( Maz. 51 : 4, 12 ). Di sinilah makna universal dari pekerjaan-Nya sebagai PENEBUS ( Maz. 79 : 9 )

3. Nama YESUS juga menunjukkan, bahwa Allah telah menyatakan Diri-Nya ke dalam Pribadi Anak Tunggal-Nya, yang menjadi manusia. Di dalam dan melalui pekerjaan-Nya, Allah menciptakan manusia baru, melalui penebusan atas utang dosa yang dibuat manusia. Nama itu memaknai anugerah penebusan atas dosa secara definitif dan universal. Itulah “nama-Allah”, yang menyelamatkan barangsiapa yang percaya (Kis. 4:12; bd. 9:14; Jak 2:7; bd. Joh 3:18; Kis. 2:21; 5:41; 3 Joh. 7; Rom. 10:6-13.).

4. Nama itu juga berarti ALLAH JURUSELAMAT. Dia bukan saja IMAM BESAR yang setahun sekali membawa korban pendamaian untuk memohonkan pengampunan dosa umat-Nya. Tetapi sekaligus telah memberi Diri menjadi KORBAN PENDAMAIAN, yang dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Oleh korban dan darah-Nya tiap orang yang percaya diperdamaikan dengan dan dikuduskan oleh Allah ( Rom 3:25; 2 Kor 5:19 ).

5. Kebangkitan- Nya adalah kemuliaan bagi Allah. Di dalam peristiwa tersebut nama Allah dipuji, disembah dan dimuliakan umat manusia (Pil. 2 : 2 – 9; Joh. 12 : 28). Iblis dan setan gentar mendengar nama-Nya (bd. Kis. 16:16-18; 19:13-16), dalam nama-Nya rasul-rasul mengadakan mujizat (Mrk 16 : 17), serta Allah mengabulkan doa permohonan yang dinaikkan atas nama YESUS (Yoh. 15 : 7, 16)

6. Nama YESUS adalah pusat doa dan pujian orang kristen. Semua rumusan liturgy Gereja ( termasuk GPIB ), khususnya dalam formulasi akhir dari sebuah doa, wajib menyebutkan : “Demi nama Yesus Kristus, Tuhan kamiTanpa sebutan itu, seluruh rumusan doa adalah tidak benar dan tidak sah.

II. CHRIST

1. Kata KRISTUS berasal dari bahasa Yunani, yang menterjemahkan kata Ibrani : MESSIAH, artinya : “yang ditunjuk, yang diurapi”. Kata ini dipakai untuk menunjuk pada keilahian Yesus, karena di dalamnya terkandung pemahaman tentang kesempurnaan pekerjaan dari Misi Allah yang dilakukan-Nya. Sebagai contoh, kita dapat temukan dalam kata ISRA-EL. Di dalamnya terdapat kata EL = Elohim = Allah. Allah mengkaitkan nama-Nya ke dalam nama leluhur Yahudi itu, YAKUB (Kej. 32 : 22 – 32), untuk menyebutkan keturunan yang lahir dari padanya (bd. Kel. 29:7; Im. 8:12; I Sam 9:16; 10:1; 16:1, 12-13; I Raj 1:39; 19:16.). Itulah makna kata MESSIAH yang dikaitkan dengan penunjukkan raja (Maz. 2 : 7 ) sebagai anak Allah, dan juga pada Yesus ( Kis. 4 : 26 – 27 ). MESSIAH juga adalah sebutan yang dikenakan kepada seseorang yang ditunjuk Allah, melalui perantaraan Rohkudus, untuk menjalankan misi-Nya, seperti yang nampak pada Pribadi Yesus selaku RAJA, IMAM dan NABI (bd. Yes. 11:2; 61:1; Zakh. 4:14; 6:13; Luk 4:16-21.). Yesus, orang Nazareth , telah memenuhi dan menggenapi semua yang dinubuatkan dalam Kitab-Kitab Perjanjian Lama.

2. Kepada para gembala di Padang Efrata ( bukan nama Jemaat GPIB di Padan Sumatera Barat ), malaikat memberitahukan kelahiran Yesus selaku Messiah yang dijanjikan kepada umat Israel ( Luk. 2 : 11 ). Sejak semula “Dia telah dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia” (Yoh. 10 : 36; bd. Luk. 1 : 35), dikandung oleh Maria, tunangan Yusuf (Mat. 1 ; 20; bd. 1:16; Rom 1:1; 2 Tim 2:8; Why 22:16), dan ia disebut Kristus, dari keturunan Abraham, Ishak, yakub dan Daud.

3. Banyak orang Israel dan non-Israeli meletakkan pengharapan kepada-Nya. Dalam kekristenan pengharapan yang dikaitkan pada Yesus-Kristus, disebut : PENGHARAPAN MESIANIK. Sesuai janji Allah (bd Mat 2:2; 9:27; 12:23; 15:22; 20:30; 21:9.15.). Pengharapan Mesianik itu amat berhubungan dengan nubuat perjanjian lama tentang datangnya HARI TUHAN yang diawali oleh kelahiran Sang Mesiah. YESUS menerima gelar kemesiahan-Nya, sekalipun menurut pemahaman akan gagasan Israel tentang tokoh Mesiah secara sosio-politis (Mat. 16:16-23). Namun, sesungguhnya, tanpa penggelaran itu pun Yesus adalah Mesiah sesuai iman kristen.

4. Hal itu tampak dalam formulasi Matius terkait PENGAKUAN PETRUS (Mat. 16 : 16) melalui penderitaan- Nya selaku Anak-Manusia ( Aram : bar-naza, Ibr. ben-adam, Yun. huios-anthropos --> Mat. 16:16-23). Dia menyatakan makna kemesiahan itu dalam Diri-Nya sebagai Anak-Manusia “yang datang dari sorga”, melaksanakan misi pembebasan / penebusan, selaku Hamba TUHAN yang menderita (Yes. 42:1) juga selaku Raja Ilahi yang berkuasa atas seluruh ciptaan-Nya. Dengan demikian Dia memenuhi ucapan-nya sendiri : “Anak-Manusia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya sebagai jaminan bagi banyak orang” (Joh. 3:13; Mat 20:28; bd. Joh. 6:62; Dan. 7:13; Yes. 53:10-12) . Dan kemesiahan itu ( kuasa selaku Raja ) dinyatakan-Nya, ketika Dia disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (bd. Joh. 19:19-22; Luk 23:39-43.). Sesudah kebangkitan- Nya itu, Rasul Petrus menyatakan kekuasaan-Nya selaku Mesiah atas kehidupan persekutuan orang kristen (Kis. 2 : 36).

III.. ANAK ALLAH

1. Gelar ANAK ALLAH dalam Perjanjian Lama dikenakan pada malaikat-malaikat, orang pilihan Allah dan umat Israel serta raja-raja (Cf. Dt 14:1; (LXX) 32:8; Job 1:6; Ex 4:22; Hos 2:1; 11:1; Jer 3:19; 2 Sam 7:14; ps 82:6.). Makna ke-anak-an itu perlu dimengerti dalam gagasan keagamaan Israel . Ke-anak-an menunjuk pada pengangkatan / penunjukkan seseorang atau sebuah bangsa untuk masuk ke dalam keintiman hubungan dengan Allah.

Oleh karena itu, ke-messiah-an, atau sebutan selaku anak-Allah, tidaklah menjelaskan bahwa status seseorang yang disebut “anak-Allah” itu lebih dari pada manusia. Sebab hal ini perlu disimak secara hurufiah menurut naskah (teks) di mana istilah/terminology “anak-Allah” ditemukan (bd. I Taw 17:13; Maz. 2:7; Mat 27:54; Luk 23:47.).

2. Di sinilah kita dapat memahami tanggapan Yesus (Mat. 16 : 16 – 17)“… bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” terhadap pengakuan iman Petrus “…Messiah, Anak dari Allah Yang Hidup” (the Christ, the Son of the living God). Sejajar dengan hal tersebut Paulus menceritakan pertobatannya (Gal 1:15-16): “Waktu Ia yang telah memilih akusejak kandungan ibuku dan telah memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya (Son of God) di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi…” juga “Ketika itu juga aku memberitakan Yesus di dalam rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak-Allah(Son of God -- Kis. 9:20).

Dengan demikian sejak semula, orang Kristen bukan saja mentransformasikan nubuat Perjanjian Lama tentang kemesiahan-Nya selaku Anak-Allah, melainkan oleh karena keyakinan dan pengakuan iman kristen terpusat pada Allah yang menyatakan Diri di dalam nama Yesus-Kristus (bd. I Tes 1:10; Joh 20:31; Mat 16:18).

3. Melalui pengakuannya Petrus menyatakan karakter Yesus selaku Anak-Allah (dalam hubungan Bapa – Anak), pertama-tama, karena Allah mengilhaminya; dan juga Yesus memahami Diri-Nya demikian.

Kepada para eksekutor yang menghakimi-Nya, di depan Sanhedrin yang bertanya : “Apakah Engkau Anak-Allah ?” Yesus menyatakan pendapat-Nya : “Engkau sendirilah yang mengatakannya” (Luk 22:70; cf. Mat 26:64; Mrk 14:61-62.). Hal itu tidak boleh diartikan, bahwa Yesus tidak memiliki kesadaran tentang keilahian / kemesiahan-Nya, justru di dalam pernyataan tersebut Yesus menegaskan pendirian-Nya tentang tanggapan orang banyak terhadap status-Nya selaku Anak-Allah.

Memang beberapa pernyataan (ayat) sebelumnya menuliskan pendapat Yesus tentang Diri-Nya selaku Anak yang mengenal Bapa, berbeda dari seorang hamba yang diutus Allah dan yang mengenal-Nya (bd. Mat 11:27; 21:34-38; 24:36.). Dia lebih unggul dari pada anak-anak Allah (malaikat-malaikat di sorga).

Yesus membedakan status-Nya sebagai Anak di hadapan Allah Bapadari murid-murid- Nya. Hal itu jelas dalam penggunaan kata yang diucapkan oleh Yesus : “Bapa kami” (Lihat saja Doa Bapa Kami). Pembedaan itu jelas tampak ketika Dia menekankan makna kata “Bapa-Ku” dan “Bapamu” (Mat 5:48; 6:8-9; 7:21; Luk 11:13; Joh 20:17.).

4. Injil – Injil melaporkan dua peristiwa besar yang dialami Yesus, yakni : (i). BAPTISAN dan (ii) TRANSFIGURASI, di mana terdengar pernyataan Allah tentang Diri-Nya “Anak yang terkasih” (bd. Mat 3:17; cf. 17:5.).

Yesus pun menyebut Diri-Nya Anak-Allah atau Anak-Tunggal- Allah (Joh 3:16; cf. 10:36), dan meneguhkan status-Nya sebelum dilahirkan ke dunia. Dia menyuruh Nikodemus dan semua orang untuk percaya kepada-Nya selaku Anak-Tunggal- Allah (Joh 3:18.). Dan pernyataan itu dikukuhkan juga oleh tentara Roma yang berjaga di kaki salib “Sungguh, orang ini adalah Anak-Allah” (Mrk 15:39.) sebagaimana yang didengungkan dalam Pengakuan Iman Oikumenis dan Pemahaman Iman GPIB. Dan di dalam misteri paskah, kita dapat mengerti makna pengakuan dan pemahaman iman kristen tentang Yesus selaku Anak-Allah dan atau Anak-Tunggal- Allah.

5. Sesudah Kebangkitan- Nya, keilahian (kemesiahan) Yesus selaku Anak-Allah dinyatakan dengan segala kemuliaan di hadapan manusia. Dia, Yesus, “Anak-Nya (kata Nya menunjuk pada Allah) yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan- Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak-Allah yang berkuasa, Yesus Kristus, Tuhan kita” (Rom 1:3-4; cf.. Acts 13:33). Rasul rasul mengakui : “Kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan Anak-Tunggal Bapa, penuh dengan kasih-karunia dan kebenaran” (Joh 1:18.).

IV. LORD

1. TUHAN adalah Bahasa Indonesia, yang ditransformasikan dari Bahasa Ibrani YHWH. Dengan Nama itu Allah menyatakan Diri-Nya kepada Musa (bd. Ex 3:13-14..) yang menunjuk pada istilah Yunani KURIOS, (Ing. "Lord"). Sejak saat itu TUHAN menjadi nama yang sangat disukai dan digunakan orang Israel untuk menyebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Perjanjian Baru mengenakan istilah itu pada kedua Pribadi sekaligus : TUHAN, yang adalah Bapa, dan Yesus-Kristus (bd. I Kor 2:8.).

2. Yesus menggambarkan gelar itu pada Diri-Nya sendiri, ketika Dia menangkis pendapat orang Parisi tentang Mazmur 110. Tetapi juga Ia memakainya ketika Ia berbicara kepada murid-murid- Nya (bd. Mat 22:41-46; bd. Kis 2:34-36; Ibr 1:13; Joh 13:13). Dalam kehidupan publik-Nya, Dia mendemonstrasikan kuat-kuasa-Nya yang melebihi kekuasan alam, iblis, penyakit, kematian dan dosa.

3. Dalam cerita Injil-Injil Sinoptis, orang banyak menggelari Yesus selaku Tuhan. Penggelaran itu memperlihatkan, mereka percaya dan menghormati- Nya, sebab Dia melakukan berbagai tanda ajaib (bd. Mat 8:2; 14:30; 15:22; dll). Sedangkan Lukas memakai istilah TUHAN untuk menunjuk pada misteri kehidupan Yesus (bd. Luk 1:43; 2:11). Dalam cerita-cerita tentang Yesus yang bangkit, gelar tersebut menjadi pujian kemuliaan : “Tuhanku dan Allahku” Hal itu mengungkapkan kesetiaan dan kasih Jemaat kepada Yesus selaku Tuhannya (Joh 20:28,21:7.)

4. Penggelaran Yesus selaku Tuhan, yang dilakukan oleh Gereja, pertama-tama menunjukkan bahwa sejak semula Gereja mengakui, kekuasaan, kemuliaan dan pemerintahan Allah, sama seperti yang terdapat juga di dalam Yesus-Kristus. Sebab Dia adalah “wujud Allah” dalam rupa manusia (bd. Kis 2:34 - 36; Rom 9:5; Titus 2:13; Why 5:13; Flp 2:6.), dan Allah menyatakan kedaulatan Yesus melalui kebangkitan dari antara orang mati dan pengangkatan- Nya ke sorga (bd. Rom 10:9; I Kor 12:3; Flp. 2:9-11.).

5. Setiap doa orang kristen selalu menyatakan gelar Yesus selaku Tuhan, baik dalam doa maupun puji-pujian. Hal itu menegaskan, bahwa orang kristen percaya, bahwa Allah telah menyatakan Diri di dalam rupa manusia, dan bernama Yesus.

(sumber: Pdt Piet Uktolseya di Pematangsiantar, Pdt. Berto Wagey di Sibolga)

Monday, December 07, 2009

Cerita Natal: Tukang Arloji

Di Jerman tinggal seorang tukang arloji. Namanya Herman Josep. Dia tinggal di sebuah kamar yang sempit. Di kamar itu ada sebuah bangku kerja, sebuah lemari tempat kayu dan perkakas kerjanya, sebuah rak untuk tempat piring dan gelas serta tempat tidur lipat di bawah bangku kerjanya.

Selain puluhan arloji yang sudah dibuatnya tidak ada barang berharga lain di kamarnya. Di jendela kaca kamar itu Herman menaruh sebuah jam dinding paling bagus untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat. Herman adalah seorang tukang arloji yang miskin. Pakaiannya compang-camping. Tetapi dia baik hati. Anak-anak di sekitar rumah menyukainya. Kalau permainan mereka rusak, Herman biasa diminta memperbaiki. Herman tak pernah minta satu sen pun untuk itu. "Belilah makanan yang enak atau tabunglah uang itu untuk hari Natal." Ini jawaban yang Herman selalu berikan.

Sejak dulu penduduk kota itu biasa membawa hadiah Natal ke kathedral dan meletakkannya di kaki patung Maria yang sedang memangku bayi Yesus. Setiap orang menabung supaya bisa memberi hadiah yang paling indah pada Yesus. Orang-orang bilang, kalau Yesus suka hadiah yang diberikan kepada-Nya, Ia akan mengulurkan tangan-Nya dari pelukan Maria untuk menerima bingkisan itu. Tentu saja ini legenda. Belum pernah terjadi bayi Yesus dalam pelukan Maria mengulurkan tangan menerima bingkisan Natal untuk-Nya.

Meskipun begitu penduduk kota itu selalu berusaha membawa bingkisan yang paling indah. Para penulis puisi membuat syair-syair yang aduhai. Anak-anak juga tidak ketinggalan. Setiap orang berlomba memberikan yang terbaik pada Yesus di Hari Natal. Siapa tahu, kata mereka, Yesus mengulurkan tangan menerima pemberian itu. Orang-orang yang tidak punya bingkisan, pergi ke Gereja untuk berbakti pada malam Natal sekaligus menilai bingkisan mana yang terindah. Herman, tukang arloji, adalah salah seorang yang hanya pergi untuk berbakti dan menonton.

Pernah ada seorang teman mencegah Herman dan bertanya: "Kau tidak tahu malu. Tiap tahun kau tak pernah membawa bingkisan Natal buat Yesus?" Pernah satu kali panitia Natal bertanya: "Herman! Mana bingkisan Natal darimu? Orang-orang yang lebih miskin dari kau saja selalu bawa." Herman menjawab: "Tunggulah, satu ketika saya akan bawa bingkisan." Tapi sedihnya, tukang arloji ini tak pernah punya apa-apa untuk Yesus. Arloji yang dibuatnya dijual dengan harga murah. Kadang-kadang ia memberikan gratis pada orang yang benar-benar perlu.

Tetapi dia punya ide. Tiap hari ia bekerja untuk bingkisan natal itu. Tidak satu orangpun yang tahu ide itu kecuali Trude, anak perempuan tetangganya. Trude berumur 7 tahun waktu ia tahu ide Herman. Tetapi setelah Trude berumur 31 tahun bingkisan itu belum selesai. Herman membuat sebuah jam dinding. Mungkin yang paling indah dan belum pernah ada. Setiap bagian dikerjakan dengan hati-hati dan penuh kasih. Bingkainya, jarum-jarumnya, beratnya, dan yang lainnya diukir dengan teliti. Sudah 24 tahun Herman merangkai jam dinding itu.

Masuk tahun ke-25 Herman hampir selesai. Tapi dia juga masih terus membantu memperbaiki mainan anak-anak. Perhatiannya pada hadiah Natal itu membuat dia tidak punya cukup waktu untuk buat arloji dan menjualnya. Kadang Herman tidur dengan perut kosong. Ia makin tambah kurus tetapi jam dindingnya makin tanbah cantik. Di jam dinding itu ada kandang, Maria sedang berlutut di samping palungan yang di dalamnya terbaring bayi Yesus. Di sekeliling palungan itu ada Yusuf serta tiga orang Majus, gembala-gembala dan dua orang malaikat. Kalau jam dinding itu berdering, orang-orang tadi berlutut di depan palungan Yesus dan terdengar lagu "Gloria in Excelsis Deo".

"Lihat ini!" kata Herman pada Trude. "Ini berarti bahwa kita harus menyembah Kristus bukan hanya pada hari Minggu atau hari raya tetapi pada setiap hari dan setiap jam. Yesus menunggu bingkisan kita setiap detik." Jam dinding itu sudah selesai. Herman puas. Ia menaruh benda itu di jendela kaca kamarnya supaya bisa dilihat orang. Orang-orang yang lewat berdiri berjam-jam mengagumi benda itu. Mereka sudah menduga bahwa ini pasti bingkisan Natal dari Herman. Hari Natal sudah tiba. Pagi itu Herman membersihkan rumahnya. Ia mengambil pakaiannya yang paling bagus. Sambil bekerja ia melihat jam dinding itu. Ia takut jangan-jangan ada kerusakan. Dia senang sekali sehingga ia memberikan uang yang dia miliki kepada pengemis-pengemis yang lewat di rumahnya.

Tiba-tiba ia ingat, sejak pagi dia belum sarapan. Ia segera ke pasar untuk membeli sepotong roti dengan uang terakhir yang ada padanya. Di lemarinya ada sebuah apel. Ia mau makan roti dengan apel itu. Waktu dia buka pintu, Trude masuk sambil menangis. "Ada apa?" tanya Herman. Suami saya mengalami kecelakaan. Sekarang dia di RS. Uang yang kami tabung untuk beli pohon Natal dan kue harus saya pakai untuk bayar dokter. Anak-anak sudah menuggu hadiah Natal. Apa lagi yang harus saya berikan untuk mereka?"

Herman tersenyum. "Tenanglah Trude. Semua akan beres. Saya akan jual arloji saya yang masih sisa. Kita akan punya cukup uang untuk beli mainan anak-anak. Pulanglah."

Herman mengambil jas dinginnya lalu pergi ke pasar dengan satu jam tangan yang unik. Ia tawarkan jam itu di toko arloji. Tapi mereka tidak berminat. Ia pergi ke kantor gadai tapi pegawai-pegawai bilang arloji itu kuno. Akhirnya ia pergi ke rumah walikota. "Tuan, saya butuh uang untuk membeli mainan bagi beberapa anak. Tolong beli arloji ini?" Pak walikota tertawa. "Saya mau beli arloji tetapi bukan yang ini. Saya mau jam dinding yang ada di jendela kaca rumahmu. Berapapun harganya saya siap." "Tidak mungkin tuan. Benda itu tidak saya jual.""Apa? Bagi saya semua mungkin. Pergilah sekarang. Satu jam lagi saya akan kirim polisi untuk ambil jam dinding itu dan kau dapat uang 1000 dolar."

Herman pergi sambil geleng-geleng kepala. "Tidak mungkin! Saya mau jual semua yang saya punya. Tapi jam dinding itu tidak. Itu untuk Yesus." Waktu ia tiba dekat rumah, Trude dan anak-anaknya sudah menunggu. Mereka sedang menyanyi. Merdu sekali. Baru saja Herman masuk, beberapa orang polisi sudah berdiri di depan. Mereka berteriak agar pintu dibuka. Jam dinding itu mereka ambil dan uang 1000 dolar diberikan pada Herman. Tetapi Herman tidak menerima uang itu. "Barang itu tidak saya jual. Ambillah uang itu," teriak Herman sedih. Orang-orang itu pergi membawa jam dinding serta uang tadi. Pada waktu itu lonceng gereja berbunyi. Jalan menuju kathedral penuh manusia. Tiap orang membawa bingkisan di tangan.

"Kali ini saya pergi dengan tangan kosong lagi", kata Herman sedih. "Saya akan buat lagi satu yang lebih cantik." Herman bangkit untuk pergi ke gereja. Saat itu ia melihat apel di dalam lemari. Ia tersenyum dan meraih apel itu. "Inilah satu-satunya yang saya punya, makanan saya pada hari natal. Saya akan berikan ini pada Yesus. Itu lebih baik dari pada pergi dengan tangan kosong."

Katedral penuh. Suasana bukan main semarak. Ratusan lilin menyala dan bau kemenyan terasa di mana-mana. Altar tempat patung Maria memangku bayi Yesus penuh dengan bingkisan. Semuanya indah dan mahal. Di situ juga ada jam dinding buatan tukang arloji itu. Rupanya Pak walikota mempersembahkan benda itu pada Yesus. Herman masuk. Ia melangkah dengan kaki berat menuju altar dengan memegang apel. Semua mata tertuju padanya. Ia mendengar mereka mengejek, makin jelas. "Cih! Dia memang benar-benar pelit. Jam dindingnya yang indah dia jual. Lihatlah apa yang dia bawa. Memalukan!"

Hati Herman sedih, tetapi ia terus maju. Kepalanya tertunduk. Ia tidak berani memandang orang sekeliling. Matanya ditutup. Tangan yang kiri diulurkan ke depan untuk membuka jalan. Jarak altar masih jauh. Herman tahu bahwa ia harus naik anak tangga untuk sampai ke altar. Sekarang kakinya menyentuh anak tangga pertama. Herman berhenti sebentar. Ia tidak punya tenaga lagi. Sejak pagi dia belum makan apa-apa. Ada tujuh anak tangga. "Dapakah saya sampai ke altar itu?"

Herman mulai menghitung. Satu! Dua! Tiga! Empat! lalu ia terantuk dan hampir terguling ke bawah. Serentak semua orang berkata: "Memalukan!" Setelah mengumpulkan sisa tenaga Herman bergerak lagi. Tangga kelima. Kedengaran suara mengejek: "Huuuu...!" Herman naik setapak lagi. Tangga keenam. Omelan dan ejekan orang-orang berhenti. Sebagai gantinya terdengar seruan keheranan semua orang yang hadir. "Mujizat! Sebuah mujizat!!!"

Hadirin seluruhnya turun dari kursi dan berlutut. Imam merapatkan tangannya dan mengucapkan doa. Herman, tukang arloji yang miskin ini menaiki anak tangga yang terakhir. Ia mengangkat wajahnya. Dengan heran ia melihat patung bayi Yesus yang ada di pangkuan Maria sedang mengulurkan tangan untuk menerima bingkisan Natal darinya. Air mata menetes dari mata tukang arloji itu. Inilah hari Natal yang paling indah dalam hidupnya.

Diterjemahkan oleh: Eben Nuban Timo dari buku "Het Hele Jaar Rond. Van sinterklaas tot sintemaarten." Disunting oleh Marijke van Raephorst (Rotterdam: Lemniscaat, 1973), hal. 61-66.

Malapetaka di depan mata

Malapetaka akibat pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim mengancam semua makhluk tanpa kecuali. Sebagai salah satu upaya menghindarkan petaka tersebut, mulai hari ini, Senin (7/12), utusan lebih dari 190 negara mulai berunding dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Kopenhagen, Denmark.

Pada Pertemuan Para Pihak Ke-15 (COP-15) Konferensi Perubahan Iklim PBB (UNCCC) ini akan berlangsung negosiasi untuk mencapai kesepakatan baru sebagai pengganti skema Protokol Kyoto yang akan berakhir masa berlakunya pada 2012. Sebanyak 145 negara meratifikasi Protokol Kyoto yang disetujui pada 1997.

Fenomena pemanasan global, menurut pakar agroklimatologi yang juga reviewer emisi karbon negara-negara maju dalam Annex I, Rizaldi Boer, sudah terjadi di Indonesia.

Pendapat senada dinyatakan Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian di Jakarta, Sabtu (5/12).

Menurut Edvin, pemanasan global di antaranya terlihat dari perubahan suhu permukaan di seluruh wilayah di Indonesia.

Berdasarkan data dari BMKG tentang perubahan suhu minimum dan maksimum yang terpantau pada 1980-2002 di 33 stasiun pemantau, kenaikan tertinggi perubahan suhu maksimum di Denpasar, Bali, sebesar 0,087 derajat celsius per tahun. Sementara kenaikan tertinggi perubahan suhu maksimum ada di Polonia, Medan, Sumatera Utara, sebesar 0,172 derajat celsius.

”Besarannya berbeda di setiap kota,” ujar Edvin. Kenaikan suhu merupakan kecenderungan yang sedang dihadapi dunia.

Sejumlah bukti ilmiah menunjukkan, kenaikan suhu global pada abad ke-21 diperkirakan 2-4,5 derajat celsius akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.

Di Indonesia, perubahan itu terasa pada panjang pendeknya musim hujan atau kemarau. Secara umum, perubahan iklim berdampak pada musim hujan memendek, sebaliknya musim kemarau semakin panjang.

Di bidang pertanian, hal itu berdampak langsung pada hasil panen. ”Gagal panen dalam sepuluh tahun terakhir kian sering,” kata Rizaldi, yang juga dosen sekaligus Direktur Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim Kawasan Asia Pasifik (CCROM SEAP) IPB.

Dampak kelautannya, iklim ekstrem mengganggu pelayaran dan nelayan karena badai tropis kian sering. Gelombang tinggi juga kian sering mengganggu nelayan. Nelayan sekarang melaut rata-rata tinggal 200 hari setahun dibandingkan dengan 10 tahun lalu yang bisa 365 hari setahun.

”Nelayan harus tambah ongkos alat dan bahan bakar karena ikan-ikan berenang kian dalam,” kata Direktur Pesisir dan Lautan Departemen Kelautan dan Perikanan Subandono Diposaptono.

Memendeknya musim hujan berbanding terbalik dengan musim kering. Interval kedatangan El Nino pun kian sering menjadi sekali dalam 3-4 tahun, yang semula 7 tahun rentangnya. El Nino akan diikuti musim kering yang panjang yang berpotensi timbulkan kebakaran hutan.

Malapetaka global

Berdasarkan perkiraan sejumlah ahli, suhu Bumi saat ini meningkat 0,5 derajat celsius dari level 150 tahun silam. Kenaikan akan terus meningkat jika tak ada kemauan negara maju menurunkan laju emisi.

Kenaikan muka laut sudah terasa di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kota Semarang, Belawan (Medan), dan Jakarta merupakan kota terdampak kenaikan muka laut itu, berkisar 5-9,37 milimeter per tahun pada tahun 1990-an. Berdasarkan skenario Panel Internasional Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), kenaikan suhu Bumi hingga 6 derajat celsius berpotensi menaikkan muka laut hingga 1 meter pada tahun 2100. Puluhan juta penduduk di seluruh dunia akan terancam migrasi karena banjir, kekurangan air, dan iklim ekstrem.

Kondisi Jakarta

Sementara itu, Jakarta hingga kini masih berpredikat sebagai salah satu kota besar penghasil polusi udara terbesar di dunia. Emisi karbon yang dihasilkan kendaraan bermotor dan industri juga besar. Untuk itu, sejak enam tahun terakhir, Jakarta mulai berbenah.

”Perang melawan dampak buruk perubahan iklim dilakukan dengan dua strategi, yaitu adaptasi dan mitigasi. Adaptasi yaitu bagaimana kita berupaya membenahi lingkungan yang mengalami kerusakan dan mitigasi atau pencegahan,” kata Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Peni Susanti, Minggu.

Menurut dia, beberapa upaya adaptasi, misalnya, dengan penanaman bakau di lahan seluas 344 hektar di pesisir Jakarta Utara, khususnya di kawasan Kapuk. Sementara upaya mitigasi, antara lain, dengan penerapan uji emisi kendaraan bermotor, pemberlakuan hari bebas kendaraan bermotor rutin setiap bulan, kampanye pengelolaan sampah dan mengurangi pembuangan sampah tidak pada tempatnya, serta pembuatan sumur resapan maupun lubang biopori.

Gubernur DKI Fauzi Bowo dalam pertemuan The Asia Pacific Weeks 2009 di Berlin, Jerman, awal Oktober lalu, menekankan, ada banyak hal yang diprogramkan DKI untuk turut melawan dampak perubahan iklim. Program besar yang telah dicanangkan adalah penggunaan bahan bakar gas untuk bus transjakarta dan sebagian bajaj.

Akhir 2009, Jakarta juga menjajaki kemungkinan melebarkan pelayanan bus jalur khusus ke Bekasi dan Tangerang. Pertemuan antarpemerintah wilayah terkait mulai dilakukan. Semua ini dilakukan, kata Fauzi, untuk menyediakan angkutan umum yang nyaman untuk mengurangi emisi karbon.

Perubahan gaya hidup

Anggota Forum Pengembangan Kota Berkelanjutan, Nana Firman, mengingatkan, semua orang sebenarnya berkontribusi pada isu perubahan iklim karena pada setiap aktivitasnya setiap manusia mengeluarkan emisi karbon. ”Mobilitas kita dengan kendaraan itu mengeluarkan emisi karbon karena memakai bahan bakar fosil, bensin. Juga ketika kita membeli barang dan menggunakan barang-barang elektronik. Bahan bakar pembangkit listrik juga bahan bakar fosil, batu bara,” ujarnya.

”Karena kita berkontribusi dan kita menyadari dampaknya, kita harus bertanggung jawab. Untuk itu, kita harus ada niat yang disusul dengan upaya. Upaya ini adalah upaya mengubah perilaku,” ujarnya.

Beberapa perilaku yang bisa diubah demi mengurangi emisi karbon antara lain memilih kendaraan yang lebih kecil emisinya, misal menggunakan kendaraan umum, atau bahkan tanpa mengeluarkan emisi seperti naik sepeda atau jalan kaki.

Ia menyadari, ”Masih banyak PR yang harus dikerjakan karena kesadaran kita bahwa kita berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim masih sangat rendah.”

(source: kompas.com)

Tuesday, December 01, 2009

Cerita Natal: Natal Istimewa

Pada tahun 1944, ibu dan saya termasuk enam puluh wanita yang ditawan
Nazi di sebuah kandang kecil di Ludenburg, Jerman. Wanita yang lain
adalah orang Yahudi dan hanya kami berdua yang Kristen. Meskipun
begitu, karena hari Natal semakin dekat, ibu dan saya ingin mempersiapkan
sesuatu untuk merayakannya.

"Kita akan membuat sebuah pohon Natal," tiba-tiba ibu
berkata begitu pada hari Minggu Advent. Lalu ibu menguraikan rencananya, sebuah
rencana yang harus dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi.

Pada malam Natal, wanita-wanita yang lain mengamati dengan penuh
perhatian waktu kami membuat sejumlah hiasan yang aneh dan mulai
membuat sebuah pohon Natal. Mula-mula dikeluarkan sebatang kayu
panjang yang saya temukan di kandang dan saya sembunyikan di bawah
tempat tidur. Pada batang tersebut, kami mengikat ranting-ranting
kecil pohon cemara, yang diambil dari tumpukan kayu bakar. Dan
setelah susah payah memotong dan membentuk sebuah kaleng timah,
kami memiliki sebuah bintang, seperti bintang yang bersinar di Betlehem.

Untuk hiasannya kami memakai potongan kertas yang dibentuk melingkar
lalu dihiasi dengan benang rajutan bekas yang berwarna. Setelah
serangan udara berakhir, kami sering menemukan benang perak yang
panjang di tanah. Benang itu sekarang membalut tipis pohon kami.
Tetapi setelah semua itu diletakkan pada tempatnya di pohon, kami
merasa masih ada yang kurang.

"Lilin," kata ibu. "Seandainya kita mempunyai beberapa batang lilin."
Dan saya langsung tahu dimana saya dapat mengambilnya – dari tiga
lentera di kandang babi. Saya merayap kedalam "Vila Babi"
(kami menyebutnya begitu karena tempat dan makanan di situ lebih
baik dari yang kami peroleh) dan memotong sepotong kecil lilin dari
setiap lentera.

Sekarang pohon kami tampak hidup. Bayangan cahayanya menari-nari
di mata semua wanita yang berkerumun mengelilingi pohon itu. Ibu
mengeluarkan kitab Perjanjian Baru miliknya yang berharga dan membacakan
keras-keras Kabar Baik itu. Lalu dengan suara pelan, kami mulai
menyanyikan lagu-lagu Natal klasik, yang diakhiri dengan lagu "Stille
Nacht, Heilige Nacht" (Malam Kudus, Sunyi Senyap).

Tiba-tiba, pintu terayun terbuka dan Max Warger, sipir penjara
melangkah masuk.

"Apa ini?" tanyanya dengan kasar.
"Malam ini malam Natal," kata ibu dengan pelan. "Kami
merayakan malam
yang kudus."

"Kalian orang Yahudi?" tanyanya tidak percaya.

"Anak perempuan saya dan saya adalah orang Kristen."

"Tidak ada bedanya. Kalian berdarah Yahudi."

"Begitu juga orang Kristen yang mula-mula," jawab ibu dengan tegas.

"Kekristenan adalah masalah iman, bukan masalah bangsa."

Dengan penuh kemarahan, Wagner menarik pohon kami, memporak-porandakannya
dan melemparkan potongannya ke sudut ruang. Ia menghentakkan kakinya
mematikan cahaya lilin.

Dalam kegelapan, saya mengulurkan tangan saya menggenggam tangan
ibu yang meraba-raba dari bangku tidurnya di bawah. "Kita sudah
merayakan Natal," bisiknya.

Malam itu kami tahu pasti bahwa hari Natal itu abadi. Tidak peduli
bagaimana Natal itu dirayakan. Tetapi hari Natal yang istimewa itu
tidak akan terlupakan, karena pohon yang unik hasil imajinasi kami.

(from unitedFool.com)