Sunday, December 30, 2007

Holiday Travel Report (part 2)

(sambungan dari Holiday Travel Report part 1)

Jam 11.30 kita tiba di kaki gunung Merbabu lebih tepatnya Kopeng dengan di antar mobil xenia sewaan yang kebetulan milik kakaknya Agung. Kita menurunkan semua perbekalan dan tas-tas kita di pinggir sebuah masjid. Cuaca hujan dan berkabut. Putri dan Ririn ternyata agak ada masalah sehingga kita akan berjalan dahulu ke pos awal tepat di kaki gunung Merbabu, sedangkan Agung akan menunggu mereka.

Dimulailah perjalanan yang tidak akan dilupakan itu. Aku, Ivan, Aswin, Ita, Steven, Maytha berjalan beriringan, membawa tas kita masing-masing, menggunakan ponco/jas hujan. Jalanan berbatu, licin dan mendaki, sebelah kanan kiri kita ada hutan yang harus kita terobos, tapi tidak lama, lalu pemandangan sebelah sisi kanan kita berubah menjadi terbuka dan terlihat pegunungan yang sangat indah yang mulai berkabut juga. Perjalanan baru beberapa menit nafasku sudah mulai tersengal dan kakiku sudah mulai nyeri dan basah karena sepatu tidak bisa menahan air hujan. Tekadku sudah bulat ingin naik gunung walaupun aku menyangsikan kemampuan diriku.

Menuju tempat start di kaki gunung Merbabu menjadi perjalanan yang sangat panjang, tetapi semua kelelahan dan nafas yang mulai berat itu terhapuskan oleh udara dingin dan pemandangan yang spektakuler. Setelah hampir 1 jam berjalan, akhirnya kita tiba di pos start pendakian (sebelumnya aku dan Maytha sempat nebeng mobil bak terbuka - walaupun hanya 30 detik sudah sampai! konyol!). Ada sekelompok rumah penduduk, ada persawahan dan perkebunan kecil yang menanam kol atau bawang merah.

Di pos tersebut kita menunggu Agung, Ririn dan Putri sambil membeli beberapa perbekalan seperti jas hujan (poncoku sudah robek pas jalan tadi), topi, sarung tangan sampai indomie telor (wah, itu istimewa jadinya karena memang lapar). Petugas 'Ranger' gunung Merbabu sangat ramah, kita diberi penjelasan dan peta untuk keatas. Mereka juga memberikan tips tempat-tempat untuk kita bisa camping dan perhentian-perhentian. Saran-saran dan nasihat-nasihat mereka juga kita simak.

Tak berapa lama sekitar 1 jam menunggu, Agung, Ririn dan Putri tiba di lokasi. Ririn sempat bercerita mengenai adu argumentasi antara Agung dan ayah dari Putri yang tidak menyetujui anaknya naik gunung. Ingat hal itu aku merasa bersalah karena aku juga bilang ke mama hanya hiking biasa...

Setalah istirahat sebentar serta memperbaiki perbekalan dan bawaan, mulailah kita berjalan menuju Merbabu. Setelah terlebih dahulu pamit kepada petugas, kita mulai berjalan melewati desa kecil dan perkebunan serta persawahan. Kita melalui pematang dan menuju 'dinding' gunung. Jalanan berubah menjadi setapak dan berbatu, pendakian dimulai. Kita mulai memasuki daerah hutan, jalanan cukup terjal, lurus dan mendaki. Nafasku mulai sulit lagi, aku sempat berhenti beberapa kali untuk mengatur nafas. Beruntung Agung dibelakangku yang memberi support. "common man, you can do it, take your time, dont rush" begitu katanya berulang-ulang. Teman-teman yang didepanpun menunggu dengan sabar. Kadang kita melewati padang terbuka, kadang pohon-pohon begitu rapat. Kadang jalanan yang kita lalui landai tapi lebih sering berliku dan menanjak serta terjal, tapi masih cukup mudah dilalui. Yang menjadi masalah besar dalam perjalanan itu adalah staminaku.

Setelah berhenti di pos bayangan 1, teman-temanku masih sangat bergairah dan bersemangat untuk mendaki. Yang menjadi surprise kita hari itu adalah Ita - istri Agung - sangat hebat dalam perjalanan itu, staminanya sangat baik, kita malah sempat mempertanyakan sama Agung kenapa dulu dia sempat melarang Ita untuk ikut padahal kenyataannya dia sangat siap. Agung (belakangan pas sudah pulang dari pendakian) menjelaskan bahwa dia melakukan hal itu agar istrinya bersemangat untuk latihan fisik agar staminanya terjaga baik.

Perjalanan pun berlanjut, pendakian rasanya semakin sulit, aku mulai khawatir dengan diriku yang staminanya sudah sangat menurun. Jiwa rasanya ingin berteriak dan menyerah. Keanehan pun mulai terjadi karena lelahnya. Aku sudah berusaha memompa semangat diriku dengan bernyanyi lagu-lagu gereja, Agung juga tak putus-putusnya memberi semangat. Tetapi lagi-lagi, keindahan pemandangan yang sangat spektakuler itulah yang membantu menyemangati diriku. Beberapa kali kita melewati tempat terbuka sehingga bisa memandang ke segala arah dengan bebas. Hujan kembali turun dan udara diatas kian dingin. Keanehan yang sempat aku bilang tadi adalah, suatu energi besar mendekati aku dan Agung ketika teman-teman yang lain sudah jauh didepan. Agung pun merasakannya. Aku belum bisa 'melihat'nya saat itu, hanya merasakan energinya yang begitu kuat bahkan Agung pun merasakannya. Aku berusaha agar pikiranku tidak kosong dan pada saat beberapa kali berhenti untuk atur nafas, aku berusaha mengobrol dengan Agung agar perhatian dia juga beralih.

Syukurlah akhirnya kita sampai pada pos bayangan 2 dengan selamat. Aku melihat dan merasakan juga si Ivan kondisinya juga sudah mulai menurun. Maytha dan Putri juga walaupun mereka masih lebih segar dibandingkan aku dan Ivan. Istirahat serasa hanya semenit, kita harus sudah mulai jalan, waktu sudah menjelang sore hari soalnya. 'Penyiksaan' semakin menjadi-jadi. Langkah sudah semakin terbatas, tiap beberapa tanjakan aku berhenti untuk mengatur nafas. Pikiran sudah mulai buruk, aku bahkan bilang sama Agung, tinggalin aku deh Gung, nanti aku nyusul. Tapi semua teman-teman tetap sabar dengan aku. Ivan pun sudah semakin terlihat lelah, bahkan aku berhasil berjalan tepat dibelakangnya dan membantu support dia juga. Agung dan Steven memang tempat 'buangan' ketika kita sudah tidak kuat lagi membawa barang-barang. Aku pun membantu Ivan membawa plastik kameranya yang lumayan berat, tapi Agung membantu membawakan botol minumku.
Serunya adalah saat itulah kita bisa saling support dan saling menguatkan satu sama lain. Aku pun up down, kadang kuat kadang lelah sekali. Kaki atau bahuku tidak ada masalah, yang menjadi masalah adalah nafasku yang semakin lama semakin berat.

Pos 1 akhirnya kita lewati! Aku sudah mulai menyarankan agar kita berkemah disini saja, waktupun sudah semakin sore. Tetapi teman-teman yang lain belum puas karena kurang tinggi dan pos 2 sudah sangat dekat. Saat itu, karena lelah yang amat sangat, pikiran buruk pun terlintas: "mereka kok gak ngerti sama aku sih, mereka enak sudah biasa, aku ini sudah 1/2 mati sampai sejauh ini, payah, gak setia kawan!" pikiran-pikiran seperti itu muncul. Disatu sisi, aku malu kalau tidak bisa naik lagi. Akhirnya berlanjutlah perjalanan kita ke pos 2. Tidak terlalu jauh, tetapi medan yang kita lalui semakin berat rasanya. Tanganku sudah mulai kaku karena dingin yang hebat, hujan masih turun rintik-rintik dan setiap tetesnya rasanya seperti es di wajahku, sekaligus menyadarkanku untuk tetap bertahan. Agung dan teman-teman tetap support bahkan aku selalu mensupport Ivan agar dia juga bertahan.

Kira-kira jam 5 saat itu, matahari tersembul sedikit diantara awan, kehangatan tiba-tiba mengalir dan kita tiba di pos 2. Perjalanan kita berlanjut hanya untuk mencari spot yang baik untuk mendirikan tenda. Akhirnya kita menemukan suatu tempat yang pas dengan pemandangan yang sangat indah & sulit dideskripsikan - di ketinggian 2400 an....Bergegas kita mendirikan tenda, memasak air dan membereskan semua perbekalan kita. Aku berganti kaos dan celana karena sudah sangat basah, cepat-cepat mengenakan jaket dan topi tebal. Sambil mendirikan tenda dan mengatur semuanya, kita minum ronde panas dan teh panas...udara kian menusuk, dan matahari semakin tenggelam ditelan bumi. Tepat saat semuanya semakin remang-remang dan mulai gelap, 'pemandangan' lain mulai muncul dan aku merasa kita harus cepat-cepat masuk kedalam tenda...

(to bo continued...)

No comments: