Thursday, March 20, 2008

The Truth about EASTER...

EASTER ATAUKAH PASKAH ?
Apakah yang dimaksudkan dengan PASKAH ?

Tradisi Perayaan PASKAH sebuah perkembangan dalam perayaan Liturgi Gereja. Perayaan PASKAH dalam tradisi keagamaan Israel sudah sangat tua melebihi apa yang dilakukan dalam tradisi kristen, terlebih-lebih lagi berhubungan dengan telur Paskah, Bunga Lili dan sebagainya. Jika kita mengingat penggunaan istilah PASKAH dalam Bahasa Inggris : EASTER; maka kita harus mempertanyakan kembali apa yang dimaksudkan dengan PASKAH ? Apakah ada perbedaan antara PASKAH dan EASTER ? Pemahaman seperti ini penting, supaya kita dapat melihar bagaimana tradisi keagamaan Eropah dan Asia mewarnai tradisi Kristen tentang KEBANGKITAN KRISTUS-YESUS.

I. PASKAH / EASTER DALAM TRADISI PAGANISME

Nama Perayaan PASKAH di dalam Bahasa Inggris disebut EASTER. Perayaan EASTER itu ditransformasikan dari upacara penyembahan dalam agama-agama suku untuk memperingati dewa tertentu. Biasanya dilakukan menjelas menyongsong fajar (sunrise). Matahari yang muncul di ufuk timur itu menjadi simbol / lambang yang memaknai sebuah kekuatan. Kekuatan itulah yang menyebabkan matahari muncul di atas katulistiwa tepat dari arah mata angin : TIMUR (East).

Istilah EASTER berasal dari kebiasaan paganis (agama suku --- termasuk politeis, panteon, dinamisme, animisme --- dan sejenisnya) tentang EASTRE, Dewi langit yang menguasai musim semi, salah satu di antara dewa-dewi dalam Agama Suku Anglo-Saxon. Ada juga yang berpendapat perayaan tersebut dilakukan orang Chaldean untuk menghormati dewi ASTARTE, salah satu di antara dewi yang berdomisili di “khayangan”. Nama dewi ini juga ditemukan dalam tradisi keagamaan di Ninive. Upacara penyembahan (kultus-ritual) terhadap dewi ini ditemukan juga dalam tradisi paganisme di Asiria (namanya Dewi ISTHAR). Dan paganisme ini telah jauh dikenal suku-suku yang mendiami wilayah Britania Raya dan Scotlandia. Dan paganisme ini telah jauh dikenal suku-suku yang mendiami wilayah Britania Raya dan Scotlandia. Kultus-ritual yang dilakukan suku-suku yang disebutkan di atas tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan di dalam kekristenan saat ini, khususnya di Eropah, dan kemudian diambil
alih oleh masyarakat Kristen Indonesia.

II. EASTER DALAM TRADISI AGAMA YHWH (atau AGAMA ISRAEL)

Ada perbedaan besar di dalam tradisi Agama YYHW yang diperkenalkan Musa dengan paganisme yang menyembah “Queen of Heaven” ( atau Astarte, Isthar, Eastre, Oastre). Jika penyembahan “ratu surga” itu dilakukukan oleh paganisme, maka hal itu terkait erat dengan siklus musim-musim di atas permukaan bumi. Hal ini dilakukan dengan mengingat akan “keselamatan” dari penyembahnya. Sekurang-kurangnya, melalui penyembahan itu diharapkan situasi-kondisi kehidupan manusia akan lebih baik, terhindar dari malapetaka dan sebagainya. Perayaan PASKAH / EASTER, sebagaimana aslinya, merupakan tradisi yang dibuat manusia untuk memuja dewa-dewi agar memperoleh keselamatan. Itulah dasarnya !

Sementara Israel tidak berpikir seperti itu. Israel berpijak pada realitas, bahwa TUHAN Allah (YHWH-Elohim) telah bertindak dalam sejarah kehidupan bangsa Israel, membebaskan dan menebus mereka dari penjajahan Mesir (Firaun). Bacalah Keluaran 12 sebagai landasan bagi perayaan PASKAH. Menurut orang Israel, sesuai dengan kalendernya, PASKAH / EASTER diselenggarakan tepat pada saat bulan purnama, pada tanggal 14 Bulan Nisan, bulan pertama pada kalender Israel.

KAPANKAH EASTER DIRAYAKAN DALAM TRADISI KRISTEN ?

Menurut PB (Perjanjian Baru) Kristus-Yesus disalibkan pada Malam menjelang Jamuan Makan PASKAH. Sesudah itu dalam waktu singkat Dia bangkit. Konsekwensinya, Orang Kristen Abad I merayakan peristiwa tersebut untuk mengingat akan penderitaan dan kemenangan Kristus-Yesus. Memang, penyelenggaraan Perayaan EASTER (Paskah) pada waktu itu masih berbeda-beda di kalangan Jemaat. Orang Kisten non-Israel mengambil alih tradisi tersebut, namun menempatkannya pada HARI MINGGU (Ibr. Ehad; Arb. Ahad) sebagai HARI PERTAMA, untuk mengingat rayakan KEBANGKITAN KRISTUS-YESUS. Tapi dari tahun ke tahun, jatuhnya tanggal PERAYAAN PASKAH selalu berubah sesuai jumlah hari-hari pada kalender Masehi. Perubahan hari perayaan tersebut dilakukan oleh Gereja-Gereja Timur yang sangat dengan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan Kristus-Yesus. Perubahan hari perayaan tersebut dilakukan oleh Gereja-Gereja Timur yang sangat dengan dengan peristiwa-peristiwa kehidupan Kristus-Yesus. Karena mereka pun bergumul dengan tradisi keagamaan Israel yang sudah cukup tua dan masih berakar dalam penganutnya (termasuk yang sudah menjadi kristen). Namun bagi Gereja-Gereja di barat, yang mewarisi tradisi kebudayaan Yunani-Romawi, menetapkan HARI MINGGU sebagai PERAYAAN PASKAH.

Perjalanan sejarah PASKAH itu pada akhirnya disidangkan dalam Persidangan Gereja. Kaisar Constantin I mendesak Gereja, dalam Sidang Sinode di Nicea, tahun 325, untuk menetapkan waktu PASKAH. Dan, berangkat dari tradisi kekristenan, maka waktu PASKAH itu jatuh tepat pada Hari Minggu Pertama sesudah bulan purnama, dalam musim semi di mana malam dan siang sama lama (waktu)-nya. Itulah dasar ketetapan tentang waktu perayaan PASKAH menurut tradisi Kristen.

Akan tetapi di kemudian hari penetapan Waktu PASKAH / EASTER mengalami perubahan menurut keputusan Gereja masing-masing, seperti pada tahun 387, Gereja Gereja di Perancis dan di Mesir menetapkan 35 hari saja. Pada tahun 456 Masehi, Paus Hilarius (461-468) memerintahkan astronom : Victorinus, untuk mengubah kalender dan mencocokan waktu PASKAH / EASTER. Unsur – unsur dari metode Victorinus itulah yang masih dipakai sampai hari ini. Hal tersebut menimbulkan kesulitan besar dalam kekristenan karena Roma menolak penanggalan yang dari Gereja-gereja lainnya.

Di samping itu, perubahan Kalender Yulianus yang dilakukan pada masa pemerintahan Paus Gregorius XIII, melalui persetujuan untuk menggunakan Kalender Gregorian, menghapuskan kesulitan dalam pencocokan Perayaan PASKAH, terutama yang terkait dengan TAHUN LITURGI / TAHUN GEREJA, sejak tahun 1752. Sejak saat itu PASKAH / EASTER dirayakan pada waktu yang sama dalam gereja-gereja di Eropa. Pada sisi lain, Gereja-Gereja Ortodoks Timur tidak menggunakan Kalender Gregorian, untuk menetapkan perayaan PASKAH, entahkah itu cocok dengan Kalender Gregorian ataukah tidak. Salah satu contoh, di mana Negara menetapkan Perayaan EASTER / PASKAH adalah di Inggris dalam tahun 1928. Dalam keputusannya Pemerintah menetapkan PASKAH / EASTER itu diselenggarakan pada HARI MINGGU setelah hari SABTU kedua dalam Bulan April.

III. ANTARA MINGGU PASKAH DAN MINGGU SENGSARA

Sama sekali tidak bermaksud mengubah apapun di dalam tradisi Gereja (GPIB). Harus diakui dan dihormati seluruh keputusan yang ditetapkan, bahwa selama ini, khususnya dalam bidang Liturgi dan Lectionary, perubahan tidak melalui PERSIDANGAN SINODE. Contohnya : Perubahan yang terjadi dari MINGGU TRINITAS (Minggu setelah Pencurahan Rohkudus) menjadi MINGGU PENTAKOSTA. Perubahan tersebut terjadi pada Masa Bakti MS XVI, tanpa melalui PS GPIB. Namun secara perlahan-lahan, setelah terus menerus dipakai dalam SABDA-SABDA GPIB, maka Jemaat-Jemaat menggunakannya tanpa bertanya.

Landasan perubahan yang diusulkan sehubungan dengan pemakaian istilah seperti ini:
Untuk minggu-minggu sebelum PASKAH, kita mengatakan : MINGGU SENGSARA. Tetapi untuk MINGGU-MINGGU SESUDAH PASKAH, kita menyebutnya MINGGU SESUDAH PASKAH. Semestinya kita menyebut MINGGU SENGSARA itu dengan sebutan MINGGU PRA PASKAH. Dengan demikian, hitungan MINGGU PRA PASKAH itu dimulai bukan dari angka terkeci, melainkan angka terbesar :


VII -> VI -> V -> IV -> III -> II -> I -> PASKAH KRISTUS -> 1 -> 2 -> 3 -> 4 -> 5 -> 6 -> 7
HARI MINGGU KENAIKAN TUHAN

( pada Hari Kamis dari Minggu Paskah 7) dan diakhiri pada MINGGU PENCURAHAN Rohkudus ( keterangannya seperti ini : 7 X 7 hari = 49 hari + 1 hari Sabat = 50 Hari. Dalam tradisi Agama Israel adalah HARI RAYA PANEN = tradisi Kristen PENTAKOSTA .

Keterangan :
Bacalah Perintah Pelaksanaan Hari Raya Agama Israel dalam Imamat 23

1). Bulan I – Nisan tanggal 14 – Hari Raya Paskah
umat berkumpul dalam Pertemuan Raya
2). Bulan I – Nisan tanggal 15 – Hari Raya Roti Tidak Beragi
selama 7 hari – diakhiri dengan Pertemuan Raya
3). 7 Minggu setelah Paskah + 1 Hari Sabat, dilakukan Hari Raya Panen.
Hari Raya Panen itu diadakan pada Hari ke – 50 sesudah PASKAH.
Hari Raya Panen itulah yang menjadi HARI RAYA PENTAKOSTA yang
dilaksanakan berdasarkan peristiwa kedatangan Rokudus, diceritakan
dalam Kisah Rasul 2.
4). Bulan VII – tanggal 1 – diadakan Hari Raya Terompet (Serunai)
5). Bulan VII – tanggal 10 – diadakan Hari Raya Pendamaian ( Hari Raya
Grafirat Agung / Besar )
6). Bulan VII – tanggal 15 – diadakan Hari Raya Pondok Daun selama – 7
Hari penuh. Di akhiri pada Hari ke – 8 dilakukan pertemuan umat.

A). Cilakanya, MUSIM SALJU (WINTER) dan MUSIM (SEMI) tidak ada dalam siklus musim-musim di Indonesia. Di sini kita hanya mengenal 3 Musim (?) Pertama, MUSIM PENGHUJAN, kedua : MUSIM KEMARAU, dan ketika : MUSIM PANCAROBA (?). Jadi sulit untuk menentukan TANGGAL PASTI TENTANG PASKAH.

B). Masyarakat Indonesia pun mengenal Dewi Kesuburan (Dewi Sri); tetapi siklus perayaan kepada Dewi tersebut berkaitan erat dengan Perayaan Musim Menabur dan Musim Menuai. Oleh karena itu, sulit bagi Orang kristen di Indonesia mengambil alih nilai-nilai tradisi tersebut untuk mendasari sebuah ketetapan tentang TANGGAL pelaksanaan PASKAH Gereja.

III. DASAR TEOLOGI BAGI PERAYAAN PASKAH

Sekalipun mitos tentang EASTER dari Suku Bangsa Anglo-Saxon dan lambang-lambangnya mewarnai perayaan-perayaan gerejawi, namun bukan berarti bahwa Gereja mengikuti isi tradisi tersebut. Gereja mempunyai refleksi lain tentang PASKAH / EASTER yang bersumber dari PERISTIWA KUBUR KOSONG yang menandai PASKAH / KEBANGKITAN KRISTUS-YESUS.

LAMBANG

Dalam Perayaan PASKAH / EASTER Pelayan Sekolah Minggu mengadakan permainan mencari TELUR PASKAH. Sesungguhnya, TELUR PASKAH itu merupakan kesatuan dari Perayaan EASTER dalam Agama Paganis Eropah (suku Anglo-Saxon) . TELUR EASTER / PASKAH secara tradisional, sesuai cerita aslinya, merupakan lambang yang memaknai kesuburan (Dewi Kesuburan) dalam banyak kebudayaan (Ingatkah anda, bagaimana budaya Jawa, di mana pengantin perempuan menginjak TELUR ?). Cerita tentang TELUR itu pun terdapat pada Perayaan EASTER ( peringatan akan Dewi OSTARA) pada suku-bangsa Anglo-Saxon.

Lambang TELUR itu diambil alih Gereja Barat, lalu mengisinya sesuai makna iman kristen tentang KUBUR YANG KOSONG. Kristen Barat mengadakan perayaan PASKAH dengan mewarnai TELUR dengan bermacam warna dan menggulingkannya dari bukit menjelang akhir musim dingin (Winter). Hal itu digunakan untuk mengingatkan, bahwa BATU PENUTUP KUBURAN YESUS terguling menjelang fajar, dan KRISTUS-YESUS bangkit dari antara orang mati.

Memang ada berbagai pandangan terhadap penggunaan LAMBANG dalam TRADISI Gereja yang mengambil alih tradisi paganism. Ada sebahagian orang kristen menolaknya; akan tetapi ada pula yang mengambil alih tradisi tersebut, namun MENGISINYA DENGAN MAKNA BARU SESUAI PEMAHAMAN TEOLOGI KRISTEN. Tidak ada yang menyalahkan hal tersebut, jika hal itu ikut membangun iman warga jemaat kepada Tuhan Yesus, tak apalah. Asalkan kita harus berhati-hati memanfaatkan tradisi tersebut.

(Dari berbagai sumber)

No comments: