Thursday, September 23, 2010

Resident Evil: After life

Saat menonton film ini di XXI Ex, Plaza Indonesia tadi malam, aku sempat terbuai dengan kecanggihan teknologi DOLBY 3D yang luar biasa memukau. Ternyata sesumbar Paul Anderson (sutradara) mengenai teknologi 3 dimensi yang digunakan sama dengan yang digunakan di AVATAR terbukti. Melihat detail gambar dan asyiknya 'permainan' 3 dimensi yang diperlihatkan di film ini plus suara yang diperdengarkan melalui tata suara THX bisa menyihir kita untuk ikut ada didalam kancah peperangan melawan zombie-zombie itu. Untungnya aku bisa segera sadar dan bisa memberikan penilaian yang objektif.

Dari segi cerita sih biasa-biasa aja, ketegangannya juga biasa saja tetapi menjadi luar biasa karena menggunakan efek 3D tersebut, akting apalagi - sangat biasa, mungkin yang bisa diberi apresiasi lebih penghayatan karakter Alice oleh Milla Jovovich yang semakin matang.

Seperti diketahui dalam cerita Resident Evil, bahwa dunia yang sudah dirusak oleh infeksi virus, Alice (Milla Jovovich) meneruskan perjalanan untuk menemukan korban yang masih selamat dari wabah T- Virus dan memimpin mereka ketempat yang aman. Pertempuran mematikan-nya dengan Umbrella Corporation mencapai puncak, tapi Alice mendapat bantuan tak terduga dari seorang teman lama [klon'nya] yang berhasil survive. Sebuah petunjuk baru yang menjanjikan sebuah tempat aman dari kematian dan membawa mereka ke Los Angeles sekaligus mempertemukan Alice dengan beberapa manusia yang masih selamat ditengah kepungan zombie. Apakah Alice beserta rekan-rekannya bisa selamat dari para zombie dan pemimpin Umbrella Corporation?

Starring :
- Milla Jovovich
- Johnny Messner
- Boris Kodjoe
- Wentworth Miller (pemeran di serial Prison Break)
- Ali Larter (pemeran di serial Heroes)
- Kim Coates
Genre : Action Adventure Fantasy Sci-Fi Sekuel 3D
Sutradara : Paul W.S. Anderson
Diproduksi : Sony Pictures
Tayang di bioskop : 21 September 2010 (Indonesia)

Darah Garuda

DARAH GARUDA adalah film kedua dari TRILOGI MERAH PUTIH yang telah mendapatkan sambutan meriah. Film ini dipersembahkan oleh PT Media Desa Indonesia milik Hashim Djojohadikusumo dan diproduksi oleh Margate House Films yang dipimpin oleh Rob Allyn. Disutradarai oleh Yadi Sugandi dan Conor Allyn, DARAH GARUDA dibuat atas kesuksesan MERAH PUTIH, film yang membuat sensasi box office tahun 2009 dan ditonton jutaan penonton di bioskop.

Diputar di berbagai festival film internasional dan pasar film termasuk Pusan, Berlin dan Cannes; saga perang ini telah terjual baik di bioskop, TV, DVD, Video Unduh mapun dalam bentuk hak cipta lainnya di lebih dari 10 negara termasuk Inggris, Jerman, Irlandia, Austria, Swiss dan Republik Ceko.

Sebuah epik dan thriller penuh laga yang terjadi di Jawa selama Perang Kemerdekaan tahun 1947, DARAH GARUDA mengikuti sebuah kelompok heroik tentara gerilya yang dipotret dengan brilian oleh aktor-aktor berbakat papan atasIndonesia (Donny Alamsyah, pemenang Aktor Terbaik untuk film MERAH PUTIH pada Festival Film Bandung 2010, bersama T. Rifnu Wikana, Lukman Sardi dan Darius Sinathrya).

Terpecah oleh rahasia-rahasia mereka di masa lalu dan konflik yang tajam dalam hal kepribadian, kelas sosial dan agama, keempat lelaki muda bersatu untuk melancarkan sebuah serangan nekat terhadap kamp tawanan milik Belanda demi menyelamatkan para perempan yang mereka cintai, dimainkan oleh para aktris muda berbakat yang profesional (Rahayu Saraswati, peraih Aktris Terbaik pada Bali International Film Festival 2009 untuk film MERAH PUTIH; Astri Nurdin, dan Atiqah Hasiholan).

Para kadet ini terhubung dengan kantor pusat Jendral Sudirman dimana mereka diberi sebuah tugas sangat rahasia di belakang garis musuh di Jawa Barat: sebuah serangan gaya komando pada lapangan udara vital yang dapat membalikkan perlawanan para pemberontak melawan kezaliman yang telah dilakukan Jendral Van Mook pada Agustus 1947.

Kelompok gerilya ini menembus dalam ke Jawa Barat, dimana mereka bertemu dengan kelompok lain dari separatis Islam, juga sekutu baru maupun yang potensial berkhianat: mata-mata kolonial dengan pangkatnya sendiri dan sekutu orang-orang sipil dari jalanan; dan musuh lama yang bertanggung jawab atas intelejen Belanda (dimainkan oleh Alex Komang sebagai Kyai, Ario Bayu sebagai gerilya tangguh Sersan Yanto, Atiqah Hasiholan sebagai wanita penghibur yang trauma Lastri, Rudy Wowor sebagai Mayor Belanda Van Gaartner dan memperkenalkan Aldy Zulfikar sebagai tentara anak Budi).

Dikepung oleh musuh yang mengelilingi, baik musuh dari luar maupun dari dalam, para pahlawan ini harus bersatu dan saling percaya karena mereka berjuang melawan intrik, perkelahian jarak dekat, pengkhianatan dan kekuasaan luar biasa sebuah maha kekaisaran Eropa, demi mengejar satu tujuan: Kemerdekaan.

(dari berbagai sumber)

Tuesday, September 21, 2010

Mujizat itu nyata

Beberapa kerabat dan sahabat dekat mungkin sudah mengetahui bahwa papaku mengalami penyakit yang mengerikan - tumor di lever - yang secara medis sulit di sembuhkan mengingat usia papa juga sudah tidak muda (72 tahun).

Semua bermula beberapa bulan lalu ketika papa mengalami gejala seperti maag - perih, kembung, mual, nyeri diperutnya disertai kelelahan fisik yang luar biasa (papa memang ada history mengidap maag dan darah tinggi). Kami berpikir hanya maag biasa dan kecapean karena kerja, tetapi frekuensinya semakin sering bahkan sampai dibawa kerumah sakit segala. Beberapa kali dilakukan cek darah, jantung, rontgen dan sebagainya. Diagnosa awal papa mengalami gangguan di usus. Second opinion kita kerumah sakit lain dan melakukan beberapa test yang sama, dikabarkan oleh dokter ke-2 ini bahwa papa ada masalah di levernya dan mungkin ada tumornya di usus juga (selama proses ini, papa masih kerja).

Kita pun melakukan third opinion, dirumah sakit dan dokter yang berbeda lagi. Hal yang sama dilakukan hingga city scan. Dikatakan pihak dokter bahwa lever dan ususnya bengkak tapi belum jelas apa yang menyebabkan hal tersebut. Direkomendasikan papa harus endoscopy sebelum dilakukan penanganan selanjutnya (operasi atau kemo).

Tetapi hal kita tidak pernah bayangkan akhirnya terjadi... Sebelum melakukan endoscopy papa harus meminum suatu cairan agar pada saat endoscopy dapat dilakukan dengan baik. Tetapi pagi itu setelah meminum cairan tersebut, papa muntah hebat dan semua kekuatannya hilang...lemah dan tidak berdaya. Bahkan jalanpun sulit. Sebagai anak, aku kaget, sedih, haru biru melihat papaku yang tadinya begitu kuat dan gagah menjadi loyo. Badan papa langsung kurus drastis hanya dalam hitungan minggu (sebelumnya memang juga sudah menyusut sejak Februari 2010).

Nasi sudah menjadi bubur...tetapi bukan saatnya menyerah. Kami sekeluarga berteriak minta tolong dan mohon kekuatan kepada Tuhan...kita yakin Dia tidak akan meninggalkan kita. Puji Tuhan, support dan bantuan orang-orang sekitar terus mengalir...dari sahabat-sahabat, rekan-rekan kerjaku dan rekan-rekan kerja papa juga keluarga dan gereja. Doa-doa dipanjatkan buat kesembuhan papa.

Diawal Juni kami mendapat informasi dari rekan kantor papa bahwa ada Sinshe di Kelapa Gading yang bagus dan sekiranya bisa menolong. Kami pun mencobanya sambil berdoa Tuhan pakai Sinshe tersebut sebagai alatNya untuk kesembuhan papa. Mulailah rutinitas baru, minum ramuan/jamu disertai makan-makanan sehat. Sempat masuk rumah sakit lagi karena papa kekurangan nutrisi dikarenakan kekurangan cairan dan gizi (papa sangat sulit makan dan minum). Kita pun juga mengikuti program akupuntur untuk mempercepat proses penyembuhan papa.

Sekali lagi kita menyaksikan mujizat Tuhan, papa berangsur-angsur pulih, bisa melangkah sedikit-sedikit, makan dan minum sudah mulai lancar, perutnya yang tadinya bengkak dan keras berangsur-angsur normal, kakinya pun yang bengkak juga berangsur berkurang. Hari ini aku melihat papa tersenyum lagi walau sesaat.

Papa...tetap semangat ya untuk sembuh...tapi apapun keputusan Tuhan buat papa dan kami sekeluarga, yakinlah itu yang terbaik dan selalu mengucap syukur serta bersukacita (walaupun kami pun sangat sulit melakukan itu dengan kondisi seperti itu).

Terima kasih ya Allah ku...mujizatMu sungguh nyata...